Tak ada kedai kopi pagi ini. Aku menghitung pekat. Pelabuhan menjerat kantuk. Buruh memanggul mimpi. Kapal mana yang dituju. Kopi terlalu hitam menuntun pagi. Tapi tak ada kedai kopi pagi ini. Memintal cahaya dalam gelap. Pekat.
Tak ada pula dusta. Kopi menggerakkan semangat. Luruh kantuk di ujung pasar. Sehangat jalinan persahabatan. Dibalut percikan kretek. Aku penunggang malam. Menghitung bintang. Tapi hanya mencoba. Pekat asap memakukannya.
Tak ada kopi pagi. Biarkan aku kembali merajut mimpi. Pada fajar yang ingin libur. Saat pekat.
Plb, 19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H