Lihat ke Halaman Asli

Sebelum Syair Jadi Genap

Diperbarui: 2 Oktober 2019   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: pixabay

aku selalu berharap senja berlabuh
ole-ole  kekanak mengayuh tabuh
di pucuk buih aku mengeluh
spiritku luruh
dalam sebotol sprite nyalaku dasar spirtus
masihkah nyala itu seperti petromax
laron-laron berkata tak ada senja gratis
terlalu cengeng orang-orang melihat senja
gairah itu tumbuh di angka-angka
angkat koktail malam ini kita mabuk makna
di seborol sprita aku masih jelas melihat nurani
tapi aku  lemah tak menikmati senja
di kecipak matamu  mengayuh tabuh

tabuh perang
kota-kota kita bakar
negara kita makar
segenap luruh pada peluh
ketika keringnya tak dapat dibeli
apakah nikmat senja masih terukir di mata?

orang-orang lupa melankolis
setiap hari aku melahap serenada magis
pada sudut pupil turun ritmis
air mata  melabuhkan senja melankolis
aku rindu itu sebelum kelu menghantar gelap
pada syair penantian  menunggu genap

Ujung Kata, 1019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline