Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Hujan Tak Datang Pagi Ini

Diperbarui: 29 September 2019   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan hendak turun tadi pagi. Asap siap-siap menyingkir. Hujan lupa mengitung jejak. Langkahnya terganjal debu partikel. Aku malu merasa tertipu. Diam-diam kembali menggantung jemuran. Tukang es berwajah cerah. Teloletnya diportal anak-anak. Uangku koyak hari ini. Lima ribu. Harus menuruti pesan dokter, kurangi mengunyah asap. Aku puasa. Diluar masih bertabur asap yang belum dituai.

Anak-anak sudah membuka baju. Membakar dada. Mereka akan menari hujan. Bunyi telolet amat menggoda. Mereka menjilat-jilat salju. Untung tak jadi hujan.

Hujan tidak turun tadi pagi. Berharap kerja bhakti terhenti. Tapi harapku tumbuh di selokan bergumpal sampah, menyemak rumput. Jaga-jaga hujan datang. Banjir memasang badan.

Aku menyesap kopi yang kurang gula. Harga-harga naik. Tawaran hujan semakin tinggi. Hujan di mata anaku berharga murah. Esnya terhumbalang. Koyak pula uangku lima ribu. Puasa asap semakin lama. Diluar banyak asap. Tinggal diisap.

Ujung hujan, 919




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline