Lihat ke Halaman Asli

Daun Kopi

Diperbarui: 20 Agustus 2019   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: pixabay

Daun kopi yang jatuh di cangkir hatiku
Menujum rasa sekerat luka yang duka
Di bawah terik tertimbun aku dalam gemersiknya
Daun kopi membuatku larut dalam murka

Kopi yang bercerita kepada daun
Daun yang bercerita kepada cangkir
Cangkir yang bercerita kepada mulut
Hari ini kopi merajuk cinta
Harga-harga tak sekepal tangan
Membuatnya pulas dalam tunas-tunas
Gugur sebelum membiji hijau
Apalagi merah bernas

Apakah lebih baik berciuman dengan mulut
Musang
Merasakan perut dan lendir mengental
Menjadi segumpalan menjijikkan
Tapi dia terhidang di kafe terkenal
Harganya rupawan sangatlah mahal

Daun kopi yang jatuh di cangkir hatiku
Tercabik
Lupa bagaimana manusia merasa-rasa
Membual tengkulak menjatuhkan harga
Harga tahi memang lebih mahal daripada
Buah yang merah merona seperti betina

Manusia lebih menghargai kekotoran
Lebih menistai kebersihan, seperti tahi musang
Tahi mengisi batok kepalanya
Memakan batu, bukan nasi
Memakan gedung, bukan jagung
Memakan jalan, bukan jajanan
Memakan kapal, bukan bekal
Memakan besi, bukan nasi

Daun kopi yang jatuh di cangkir hatiku
Larut
Luruh
Kelat
Pekat

Ujung Kata, 819

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline