Lihat ke Halaman Asli

Kloaka

Diperbarui: 14 Agustus 2019   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: pixabay

kloaka, teruslah mengepundan
o, betapa yang terlahir dari rerumputan
mengakar dari rahim sejarah
seperti ini, ketika tanah dijadikan pacuan
angin menjelma kertap-kertap sayap sang jalang
orang-orang berebut pisau
di pagi buta sengaja membunuh dengan kata-kata
dengan kuasa merangsek setiap jeda adalah pitingan
adalah tikaman yang menerabas sesak perih dan nyeri

telah lama kota lupa di mana ia tumbuh
lupa pada pantai yang menunggu ombak
lupa pada rawa yang menunggu pasang
lupa pada sungai yang bila kalap dia menjelma batu
bila geram ia menyeruduk serupa pencabut nyawa

dan desa-desa tertinggal dalam kesakitan
digerus oleh lindasan pacu yang tajam
menyilat segala kutukan
kekuasaan membuat dendam yang merasuk
merusak, mendidih dalam rahim kehidupan
seperti kataku, kloaka akan terus mengepundan

kloaka
mengepundan
pecah meletup
di situlah orang-orang
berebut tahi kebinatangan
di situlah masa kekerasan melumat kekuasaan
dengan kekuatan massa
kekuatan amarah kloaka

Ujung Kata, 819




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline