Mang Julur dan Bik Nah hari ini pergi ke Baturaja. Mereka akan menghadiri resepsi pernikahan salah seorang kerabat. Seperti biasa, tabiat kanji Mang julur selalu kambuh kalau sedang di tempat umum. Kecuali di kakus umum dekat rumahnya yang bisa bikin rambut rontok. Hehehe, ada hubungannya , ya?
Tiba di dalam bis kota, mata Mang Julur jelalatan mencari yang molek. Rata-rata penumpang bis kota sudah keriput. Bau minyak angin begitu semerbak. Dengan alasan takut muntah dan mengotori kebaya Bik Nah yang assoy, tapi masih ngutang , Mang Julur memilih duduk di bangku yang masih kosong. Siapa pun bisa menebak akal bulus si otak somplak ini. Biasanya malam-malam orang menunggu dunia runtuh di kebun, eh dia berharap kejatuhan durian montong di dalam bis kota. Kebayang kan gimana rasanya?
Entah kenapa keinginan Mang Julur sering nyaris kenyataan. Saya katakan nyaris, sebab yang duduk di sebelah si otak somplak ini benar-benar putri impian. Bodinya gitar Spanyol . Rambutnya sungguh ombak di empang. Tapi saat dia melirik Mang Julur, bukan matanya yang duluan melirik, tapi terowongan Mina. Giginya bagian depan ompong. Mang Julur susah membedakan mana mulut, mana gigi ompong. Dua-duanya sama kroak. Tapi kalau tak ada rotan, akar pun jadi. Ketimbang bengong selama perjalanan ke Baturaja, jadilah perempuan satu ini pengganjal cinta abang.
Bik Nah gerem banget. Andai perempuan kisut di sebelahnya masih berkulit kencang, mungkin akan digigitnya saking geramnya. Selalu saja setiap ada kesempatan, mainan Mang Julur pastilah perempuan selingkuhan.
"Mau ke mana, Neng? Abang mau ke Baturaja. Kalau eneng mau ke mana?" Mang Julur mulai dengan jurus ular sendoknya. Perempuan itu tersenyum simpul. Amboi manisnya melebihi gula aren!
Perempuan itu mengulurkan sebuah rambutan kepada Mang Julur. "Oh, mau main kode-kodean, ya? Eneng mau ke Rambutan? Mobil ini via Prabumulih atau Rambutan, yak! Bang Pir, ini bis via mana?" Jagoan kita ini sok jual akting.
"Prabumulih!"
"Nah, Prabumulih, kan? Eneng ikut abang aja ke Baturaja. Nanti malam biar abang antarin ke Rambutan." Jurus Mang Julur semakin menjadi. Akan hal Bik Nah, kondenya rontok saking keselnya. Berkali-kali dia menyuruh lakinya pindah tempat duduk, si laki malah banyak alasan. Yang katanya kaki kramlah. Ada anak nakal yang meletakkan permen karet sekilogram di bangkulah, sehingga pantatnya lengket selengket-lengketnya
"Oh, eneng mau ngasih abang rambutan, ya?" tanya Mang Julur karena perempuan itu masih menjulurkan rambutan. "Rambutannya berbulu lebat seperti betis eneng." Dia mengunyah rambutan itu sambil merem -melek. Bik Nah yang hampir kebakaran rambut karena ngamuk, tiba-tiba melihat nenek di sebelahnya meminum antimo. Akal bibik satu ini pun menyala. Dia meminta setablet antimo karena kepalanya mendadak puyeng. Setelah antimo di tangan, Bik Nah memasukkan antimo itu ke dalam roti.
"Bang. Nggak makan roti dulu, Bang?" Bik Nah sok baik hati. Mang Julur kesenangan. Dia mengambil roti itu dari tangan bininya. Sebelah dipotong untuk si perempuan. Sebelah untuknya.