mengutus tasbih sampaikan
tergerak hati dalam surau berderak
masih ragu-ragu teplok menyampaikan wajah
pada sajadah dan buku tua
anak-anak mencari cerita di bawah bulan
antara tanah kapur dan pelepah kelapa
mereka tak mengenal surau berderak
kendati berteriak sungguhlah pekak
tasbih pun lupa menjadi benda
menujum kata akankah mencapai nirwana
entahlah, kusapu lantai
kerdip teplok melambat
ataukah mati
teringat lalu waktu celeng mengamuk kampung
rumah-rumah menjadi pembuangan tahi
kami memuja celeng menyembahkan nurani
semoga kiranya kalung berotan terulir
terulur suatu ketika
menjadi leher menjadi niscaya
berkuasa , harta dan wanita
akan tetapi lorong jiwa kosong
terlongong lolong
seperti kerdip lilin
nyawa celeng harus dijaga
jangan sampai mati
menerabas mantra pada setan
tangan-tangan yang mencengkeram nurani|
sungguh telah hilang rupa
air mata, iman
ketika tersadar
menggeruk-geruk celeng di kolong rumah
menjadi tuah kotoran
yang dihirup sekejap hilang
sekejap menusuk pedang
mengutus tasbih sampaikan doa
adakah benda menjadi kuasa
berharap pada benda
surau berderak, teplok menggelending
ada nyala yang bau sangit
membakar hatiku di puncak langit
Ujung kata, 819
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H