Matahari pagi ini, ada kembang melati mekar di taman hati
selamat pagi, Pak-Bu,anak-anak menghitung angka dan mimpi
kelas baru dicat harum, mimpi baru silahkan diukir
anak-anak turun satu-satu, a, b, c, aku bisa katanya
benih itu siap disemai, menjaga cita-cita mereka tercapai
ingin jadi guru, dokter, pilot, ayahku seorang hansip katanya
ingin menjadi polisi pagi ini menjaga lalu-lintas
agar orang-orang bisa sampai tujuan dengan senang
sekolah baru pagi ini, teman baru merayu roti
hai, rumah di mana? tanyanya mengapung, anak-anak bercerita
menjerat-jerit, menangis, di tanya satu tambah satu
kelas satu harus bisa baca-tulis, bukan warga sini silakan mengemis
ppdb, sekolah favorit, aku ingn membayarmu
matahari pagi ini, anak-anak senang dengan tingkah aneka ragam
sepatu baru sudah ada, seragam telah berulangkali diciumi
matahari pagi ini, ibu-ibu mengaduk ppdb, kurang umur dan psikolog
seperti memasukkan benang dalam jarum, angka-angka rupiah
membuat massa sesaknya nambah
teringat uang kontrakan nunggak, listrik tak terbeli
hari ini mandi di kali, ikan asin di meja tinggal sipotong
makan siang dengan roti direndam mekar, seperti orang kaya
bekal siang ini, suami mengelus dada, ada selembar lima ribu
hanya setengah liter, motor merajuk lagi
matahari pagi ini, tetaplah bersinar, semangatlah menyembut hari
hidup akan dijalani, jangan dirutuki
anak-anak mengeja iqra, kita harus tau beragama
mereka menggambar suka cita
ibu-ibu menuang duka cita, tapi mereka suka cita, giliran minggu
ini siapa, semoga kupon arisan menepi di sini, mimpi harus dibeli
Sekolah Baru, 072019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H