Lihat ke Halaman Asli

Deru Debu V

Diperbarui: 2 Agustus 2019   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Cerita sebelumnya: 1, 2, 3, 4

Kapak wong

-5-

Berbilang hari terlampaui, apa yang didapat Kecik dari berjualan asongan? Dia hanya bisa menikmati makanan kelas kampung. Nasi putih, sayur berkuah, sambal, ikan asin dan krupuk. Begitulah setiap hari. Padahal sekali waktu dia ingin sering-sering jumawa menikmati ayam goreng Amerika, pizza Italia,  es krim salju. Ah, semuanya hanya bisa didapatkan dengan mudah oleh John Peking. Tanpa harus menggoreng hidup di bawah terik matahari dan tanah yang membakar telapak kaki. Tanpa harus besitegang masalah harga asongan. Sampai berurusan hutang-piutang yang berujung perdebatan alot dan tak jarang berakhir dengan tak bertegur sapa. Duhai, Kecik tergoda!

Mungkin sekali waktu nasib naas menimpa Kecik, katakanlah kalau dia nekat mencari peruntungan menjadi pemalak atau apalah, dan dia terpergok. Orang yang dipalak malah lebih galak. Orang yang dirampok balas membacok. Menjadi bulan-bulanan massa. Dibui.

Tapi toh semuanya butuh pengorbanan. Semakin besar uang yang dihasilkan dari sebuah pekerjaan, maka semakin besar pengorbanan yang harus digelontorkan. Namanya juga hidup, selalu ada timbal-balik. Selalu penuh perjuangan. Bila tak demikian, hidup hanyalah kerakap di atas batu. Hidup segan mati tak mau.

Di sebuah warung kopi tak jauh dari terminal Pulo Gadung, adalah kali kesekian Kecik dan John Peking bertemu. Kendati Musa melihat gelagat buruk dari pertemuan sahabat kecilnya dengan kelompok tikus busuk itu, toh Musa bukanlah orang yang otoriter. Dia fleksibel, dia demokratis. Apapun jalan yang hendak dilalu Kecik, adalah pilihan dan resiko dirinya sendiri. Seseorang tak boleh dipaksakan untuk sesuatu yang belum sebenar keinginannya. Musa hanya memberikan gambaran dan pandangan. Perkara pilihan, sekali lagi terserah tubuh masing-masing.

"Bagaimana? Gabunglah dengan kita-kita. Lo bisa hidup lebih mewah. Lihat jam tangan baruku. Hahaha hasil jambretan. Di toko,harganya bisa sampai empat jutaan. Apa lo tak tergiur? Uang juga penuh sekantong. Mau pelesir ke tempat yang enak-enak, mudah saja. Kalau tertangkap petugas, dengan uang kita bisa lebih cepat bebas. Lagi pula bapak gue kenal banyak petugas. Dari petugas palang pintu, sampai yang berkelas."

"Aku takut dosa."

"Dosa? Hahaha, apakah lo kenal dosa? Lo pernah ibadah?"

"Pernah, setelah tinggal serumah dengan Kek Musa."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline