Orang yang kuat menahan lapar dan dahaga pada saat bulan puasa, belum disebut kuat apabila tidak dapat menahan marah. Marah lebih mendekatkan diri ke liang kehancuran.
Marah kepada suami atau istri, bisa menjadi perang dingin, dan tak jarang berujung perceraian. Marah kepada anak tanpa jelas tujuannya, ibarat memukul paku ke dinding. Meski paku itu dilepas, tapi bekasnya itu tetap ada. Anak merasa terluka, pesimistis, bahkan bisa pendendam.
Marah dalam Islam memang dibolehkan, bila itu berkenaan dengan kehormatan dan harga diri. Misalnya marah kalau harta benda kita diganggu atau dicuri. Marah kalau keluarga, atau agama kita dinista orang. Serta marah-marah lain yang berujung pembelaan diri.
Marah menjadi hal yang dibenci agama Islam adalah hal yan tak jelas juntrungannya. Bermasalah di kantor, marah ditumpahkan ke keluarga. Sebaliknya bermasalah di rumah, yang jadi sasaran amuk, teman di kantor.
Sebenarnya ada kiat-kiat agar marah tersebut bisa diredam :
Pertama, ketika sedang marah saat berdiri, hindari mengoceh sambil mondar-mandir seperti setrikaan. Karena gejolak marah tidak akan bisa diredam. Lebih baik duduklah. Jika duduk masih marah, berbaringlah.
Kedua, marah itu ibarat api, maka dinginkanlah dengan berwudhu. Apabila berwhudu telah dikerjakan, tapi masih marah, mandilah. Dan perbanyak berzikir mengingat Allah. Sehingga api marah itu bisa dipadamkan.
Ketiga, hindarilah marah saat berbaring, lalu seketika berdiri. Maka amarah yang berada dalam level rendah, sontak bisa ke level tinggi. Pengaruh posisi bisa memperparah marah. Apabila kita marah kepada seseorang, berusahalah agar posisi kita selalu berada di bawah orang yang kita marahi. Sekiranya orang itu berdiri, lebih baik kita duduk.
Keempat, jangan sesekali kita melihat wajah orang yang kita marahi, sementara dia juga sedang marah kepada kita. Karena itu memicu emosi kiti semakin tinggi.
Kelima, mungkin ini terlihat menggelikan. Tapi bisa jadi ini meredakan amarah kita. Sebab umumnya orang yang meskipun bertemperamen tinggi, akan merasa benci melihat orang yang marah-marah, misalnya kepada anaknya. Maka saat marah, perhatikan wajah kita dicermin. Tentu kita akan malu melihat betapa tak bagusnya wajah kita saat marah
Keenam, biasakan diam saat marah. Karena dengan diam itu efek marah akan kurang berarti. Atau tinggalkan lawan marah kita. Selama marah di dada kita masih bergolak, jangan sesekali kita menemui orang tersebut. Kerjakan yang asyik-asyik hingga membuat hati tenang, lalu kita bisa santai menghadapi lawan marah kita.