Lihat ke Halaman Asli

Tetap Bugar Ketika Ramadan

Diperbarui: 7 Mei 2019   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi : pixabay

Salah satu tujuan berpuasa adalah saatnya menyehatkan diri. Kegiatan ini ibarat overhaul alias shutdown alias turun mesin. Sudah terlalu capek tubuh kita bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, hingga mencapai 11 bulan.

Begitu banyak sampah  di tubuh kita, seperti kolesterol, gula jahat, dan toksin. Pun perkerasan segala pembuluh, penuaan sel-sel, yang membuat jejaring tidak lentur.  Ibarat es, harus retak dulu biar bisa  dimasukkan ke dalam sesuatu. Beda selama masih berbentuk air, dia akan mudah bersosialisasi dengan tempatan.

Jadi, agak lucu, bila di awal-awal Ramadan, kita melempem ibarat kerupuk kesirem air. Ke mana-mana maunya leyeh-leyeh. Mata menjadi lima watt, semangat kerja hanya dua watt. Padahal mau Ramadan atau tidak mobilitas tetap mesti tinggi.

Sebenarnya lesu pada saat Ramadan, mutlak karena kita tak dapat menata gaya hidup atau gaya makan. Terutama asupan saat buka dan sahur. Bagaimana menyiasati gaya makan agar tak berimbas hilang energi? Alih-alih menyehatkan, Ramadan terasa bagai ganjalan.

Pertama, menyiasati saat berbuka. Selalu biasakan berbuka dengan yang manis-manis. Manis-manis di sini bukan manis buatan seperti sirop dan semcamnya. Melainkan manis alami yang menyehatkan seperti kurma. Manis alami ini juga harus dipilah-pilah. Hindari manis alami yang membuat perut kembung seperti pisang, membuat lambung masam seperti jeruk atau mangga. Jadi, agar aman pilihlah kurma yang tak hanya ramah, juga cepat mendongkrak stamina, sekaligus menstimulus rasa kenyang.

Sediakan pula air putih hangat agar tubuh lebih lancar membuang sampah hasil bersih-bersih menjadi urine. Jauhkan minuman dingin, meski hanya air putih, apalagi sudah berupa es sirop. 

Tubuh kita ibarat mesin yang dingin karena tidak beroperasi pada siang hari Ramadan. Maka jika disiram dengan air dingin, bisa-bisa tubuh ngejim. Hasil ngejim tak hanya dituai setelah berbuka, efeknya tetap terasa pada puasa esok hari.

Setelah mengasup kurma dan minum air hangat, rehatlah sejenak. Rehat di sini maksudnya shalat maghrib, agar lambung bisa beradaptasi karena waktu beroperasi sudah tiba. Setelah itu baru boleh mulai makan berat dan segala yang berbau dingin. Tapi, harus diingat, jika maniak sambal, pemakaiannya diminimalizir agar perut tak panas. Makan juga jangan sampai kekenyangan

Kedua, menyiasati sahur. Agar tak lesu pada saat puasa besok hari, biasakan mengakhirkan sahur, sehingga perut tidak terlalu lama kosong. Kalau bisa, yang namanya sambal tidak masuk dalam menu sahur. Jika tanpa sambal sahur menjadi tak berwarna, kata orang sandulit saja sambalnya. 

Bagusnya makan sahur perbanyak yang berkuah seperti sop-sopan. Selain akan banyak memberi asupan air, juga akan menambah selera sahur karena pengaruh dingin dan mengantuk.

Ketiga, kelola tidur. Salah satu cara agar tetap bugar saat puasa, adalah bijak mengelola tidur. Tidurlah sebentar setelah dzuhur, karena itu akan menstimulus kerja. Pengalaman saya, meskipun bukan bulan puasa, di perusahaan-perusaahaan bule kerapkali menerapkan istirahat dua jam. Hal itu untuk memberikan kesempatan karyawan tidur  Setelah tidur, semangat karyawan kembali seperti jam 7 pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline