Lihat ke Halaman Asli

Barang Temuan

Diperbarui: 12 Maret 2019   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Sugik tersentak. Matanya membola melihat benda itu. "Bu, ini punya siapa?" jeritnya. Seorang perempuan yang masih mengenakan mukena, menyibak tirai pintu. Perempuan itu tersentak. Matanya berbinar melihat benda itu.

* * *

Sugik bukanlah seorang haji, kendati peci haji selalu melekat di kepalanya. Dia bukan pula orang yang mumpuni tentang seluk-beluk keagamaan, tapi selalu berlaku jujur kepada pembeli. Kata istrinya, kejujuran Sugik-lah yang mungkin membuat warung mereka tak berubah seperti toko milik Haji Kusnen. Padahal Sugik lebih dulu memiliki warung ketimbang si haji itu. Ya, batin Sugik berkilah, mungkin karena perkara modal saja yang membuat usaha Haji Kusnen lebih maju.

"Ya, bolehlah kalau soal timbang-menimbang barang jualan, kita sejujuran, Kak!" Pernah istrinya protes. "Tapi masalah keuntungan, jangan terlalu mepet."

"Kita jangan banyak mengambil keuntungan dari jualan, Dek. Yang wajar-wajar saja. Meskipun kecil begini, tapi pembeli tak putus-putus, kan?"

Tapi perkara benda itu, istri Sugik tak mau mengalah. Dia langsung mengambil benda itu dan memasukkannya ke balik mukena.

"Tak baik, Dek. Itu amplop, lihat dulu isinya!" Bibir Sugik bergetar. 

Istrinya menjauh. Dia membuka lipatatan amplop dan melihat isinya. Seketika dia menjerit tertahan. Sugik buru-buru memalang pintu warung dengan kayu. Ditariknya tangan sang istri ke dalam rumah.

"Jangan ribut, Dek. Diam-diam saja." Wajah Sugik pias.

"Nah, kali ini aku setuju dengan Kakak. Begitulah kalau mau jadi kaya. Barang ini tak tahu siapa empunya. Kebetulan kita yang dapat, maka kitalah yang memilikinya." Mata istri Sugik seperti akan melompat dari sarangnya. "Masya Allah. Tebal sekali. Masih rapi dan wangi. Nah, ini ada tiga ikatan. Tiap ikatan tertulis lima juta. Berarti...."

Sugik lekas menarik amplop serta uang itu dari tangan istrinya. "Diam-diam saja, maksudku jangan sampai ada orang yang dengar. Nanti malahan mereka mengaku-aku kalau uang ini punya mereka. Yang penting uang ini kita simpan. Kalau ada yang mencari-cari, dan ternyata  jumlah uang itu cocok dengan yang dia bilang, maka orang itu pemiliknya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline