Lihat ke Halaman Asli

Suara di Balik Dinding

Diperbarui: 14 Januari 2019   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang aneh dalam ruangan ini. Kecuali kurasakan diri semakin terpuruk. Pada awalnya teman-teman masih sering menjenguk. Kemudian mereka hilang seperti ditelan bumi. Lalu tinggal istri dan anak-anak yang sekali seminggu memberikanku kekuatan batin. Selanjutnya, mereka berlaku sama. Lenyap!

Mungkin aku akan kuat menjalani semua ini, atau malahan gila. Atau lebih parah, mati dirundung duka.

"Hai, ada seseorang di sebelah!"

Itu adalah kali pertama aku mendengar suara di balik dinding ruangan. Persis sebulan aku mendekam di sini. Mulanya, kupikir hanya halusinasi. Tentu keterkuncian dari dunia luar, tanpa hiburan, dan menjalankan hidup seperti detik jam yang monoton, bisa membuatmu berhalusinasi. Kesendirian membuatmu berbicara kepada diri sendiri, kepada cermin, kepada dinding. Maka kututup telinga, dan mencoba tidur.

Sebulan lebih sehari di dalam ruangan ini, kembali kudengar suara itu. Kini tak hanya seorang. Tapi dua. Suara wanita dan pria. Padahal ruangan ini tak bertetangga dengan ruangan lain. Ruangan ini khusus untuk pelaku korupsi, terletak di ujung penjara, disambung koridor yang berliku.

Sipir tak ada. Sipir ada di gerbang depan. Dia datang tiga kali sehari, sekadar mengantarkanku makanan dan minuman. Soal buang air, kulakukan di jamban tanpa sekat. Tidur di atas ubin yang dingin sekali.

"Dia orang baru!"

"Ya, tampaknya tampan!"

"Tapi dia seorang koruptor!"

"Hmm!"

"Kuharap kau jangan main-main dengannya! Kau tahu akibatnya!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline