Lihat ke Halaman Asli

Darah Mawar

Diperbarui: 22 April 2017   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prolog

Sebuah ruang yang sepi, pengap. Perempuan berbadan badak itu menyeruduknya. Dia melihat sekeliling, tak ada tempat meminta tolong. Hanya gagang sapu yang terbuat dari rotan yang bisa dijadikan senjata untuk menolong. Sekali tusukan ke selangkang perempuan itu, hanya menghasilkan “aduh” yang pelan. Dasar berbadan badak, alotnya bukan kepalang. Perempuan itu menghempaskannya ke atas kasur. Langit-langit ruangan seketika berputar. Pikirannya suram dan pudar.

“Bedebah!” Dia menggeram mengingat semua itu. Dia mengokang senjata, memasuki dunia ingatan. Dia menerobos pintu. Perempuan badak itu telah menghilang. Sepasang mata kecil dari sudut ruangan, mengilatkan luka. “Aku akan membalasnya! Aku akan membalasnya! Percayalah kepadaku!” Senjata itu meletus. Sepasang mata kecil itu hilang. Ruangan itu lenyap.

Sepuluh tahun lalu itu. Sepuluh tahun yang pasti akan terasa cepat bagi mereka. Tunggulah!

Tubuhnya bergetar menahan gejolak. Sepasang tangan halus dan lentik, mengelus pundaknya. Semuanya harus kembali normal seperti sediakala. Dia tersenyum, nyaris seperti seringaian. Pemilik tangan halus dan lentik itu mengambil begitu saja lembaran uang dari kantong bajunya. Sebuah kecupan genit mengkahiri segalanya. Dia harus bergegas. Dendam harus dibalas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline