Lihat ke Halaman Asli

Rifan Bilaldi

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Melestarikan Bahasa Daerah dengan Mengenal 6 Variasi Dialek Bahasa Indonesia

Diperbarui: 8 Oktober 2020   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Dok. Media Indonesia)

Sudah banyak kita diketahui bahwa dialek di Indonesia, memiliki keragaman dialek dari setiap daerahnya. Penggunaan istilah dialek dalam bahasa di masyarakat umum, kerap kali memiliki keliruan atau keambiguan. Dalam tataran linguistik masih dapat dimengerti. Jika, alat komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama.

Penggunaan dialek berbeda, jika diterapkan dengan perilaku tindak tutur di masyarakat yang berbeda letak geografis atau wilayah, misalnya penuturnya orang Batak dan petuturnya orang Jawa. Hal ini dapat dikatakan beda dialektal yang akan berujung pada ketidaksaling-mengertian.

Orang Batak dengan variasi dialektal Batak akan berlogat tinggi, jika dipadukan dengan penuturan orang Jawa dengan variasi dialektal Jawa yang memiliki logat rendah, maka akan terjadi masalah keambiguan atau kesalahpahaman.

Orang Jawa ketika berkomunikasi dengan orang Batak. Orang Jawa akan menganggap orang Batak kasar, padahal inilah yang disebut dengan dialek Batak dengan logat tinggi, tetapi maksudnya lembut.

Untuk membahas mengenai variasi kebahasaan, maka akan panjang perjalanan kita untuk meniliknya. Maka, dari itu saya akan mengenalkan 6 variasi dialektal bahasa Indonesia. Berikut ini variasi dialektal bahasa Indonesia yang dapat kalian ketahui.

Dialektal orang Jawa.

Orang Jawa atau wilayah Jawa dan sekitarnya, memiliki variasi dialektal yang memiliki bentuk bunyi atau fonem /b, d, g/. Jika membentuk suatu kata dasar yang terdapat fonem /b, d, g/. Maka, akan ada penekanan intonasi pada fonem /b, d, g/. Contoh pada kata "[B]an[d]un[g], ng[g]eh", bunyi /b, d, g/ lebih ditekan pada pelafalannya.

Dialektal orang Batak.

Orang Batak memiliki variasi diealeknya sendiri. Dialektal orang Batak terdapat bunyi /e/-// pepet. Jika, membentuk suatu kata yang terdapat huruf e, maka, penggunaan huruf e dilafalkan dalam menggunakan /e/-// pepet.

Apa itu /e/-// pepet? Istilah pepet ini adalah sebuah istilah linguistik yang menjelaskan sebuah peletakan tanda "^" untuk menyatakan bunyi // dalam kata "segar dan lekas." Dari kedua kata itu saja, ketika dilafalkan akan terasa berbeda bunyinya.

Orang Batak ini memiliki variasi dialektal /e/-// sebagai ciri khas bunyi pelafalannya. Contoh pada kata "keparat" mereka akan menyebutnya dengan pelafalan "k[]parat." Itulah perubahan bunyi yang terjadi pada dialektal orang Batak.

Dialektal orang Sunda.

Tidak asing lagi bagi kita ketika mendengarkan orang Sunda berbicara, di dalam perkataannya terdapat kata yang ada huruf [f] dan mereka melafalkan [f] itu dengan mengubahnya menjadi [p].

Itulah dialektal orang Sunda, yang memiliki ciri khas tersendiri dengan menggunakan fonem [p] sebagai pengganti fonem [f]. Bunyi /f/-/p/ sebagai variasi dialektal orang Sunda. Contoh pada kata /frustrasi/-/[p]rustrasi/, /fajar/-/[p]ajar/, dan lainnya.

Dialektal orang Bali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline