Sudah mencapai pertengahan tahun 2020 kasus baru covid-19 tak kunjung usai. Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai metode dan teknik penanganan covid-19 ini. Sudah melewati beberapa masa PSBB hingga PSBB transisi menuju kenormalan baru. Namun, kasus covid terus meningkat dan semakin meningkat setiap harinya. Entah apa yang membuat permasalahan wabah ini tak kunjung usai.
Dengan bertambahnya kasus covid-19 ini setiap hari membuat masalah pendidikan semakin runyam. Keluhan demi keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat dari peserta didik, guru, orang tua, dan wali murid mengenai peningkatan mutu belajar yang semakin merosot. Menurun secara terjalnya kualitas pendidikan, akan berdampak fatal pada kognitif anak.
Setiap hari banyak ditemui anak-anak usia sekolah dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas, banyak melakukan kegiatan di luar rumah, untuk main, berkumpul, dan lain sebagainya yang dilakukan pada jam sekolah. Bukan melakukan kegiatan belajar, membaca, atau hal pendidikan lainnya. Hal tersebut ditemukan banyaknya anak-anak usia sekolah ramai di jalan, di gang-gang untuk bermain dan berlari-larian, seperti tak ingat bahwa ia masih sekolah.
Kegiatan belajar mengajar yang terus dilakukan secara daring ini, akan menurunkan semua aspek pendidikan anak. Banyak sekali kendala dan kesulitan yang dirasakan dalam belajar daring ini. Apa saja kendala selama belajar daring ini? Berikut poin-poin permasalahan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar melalui daring.
Anak sulit dibangunkan ketika jam sekolah
Banyak orang tua pagi-pagi sudah teriak-teriak bangunkan anaknya untuk sekolah, absen, video, tugas, dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut menjadi perkerjaan tambahan bagi orang tua, yang seharusnya sudah melakukan pekerjaan rumah, ini harus susah payah membangunkan anaknya. Belum lagi anak marah karena kurang puas tidur, sehingga sulit dibangunkan.
Jam tidur anak-anak menjadi tidak teratur
Setelah anak sulit dibangunan oleh orang tua, hal tersebut disebabkan karena jam tidur anak yang tidak teratur. Karena anak merasa paginya tidak harus ke sekolah, tidak ada apel pagi, maka anak akan seenaknya untuk tidur. Sehingga jam tidur anak menjadi tidak teratur.
Banyak anak-anak setelah melakukan presensi, lalu kembali tidur
Banyak sekali hal ini dilakukan oleh anak-anak jenjang pendidikan menengah, setelah mereka bangun, presensi, mereka melanjutkan tidur. Karena yang ada dibenak mereka yang penting absen aman. Dari hal ini saja siswa sudah tidak mendapatkan pemahaman sedikit pun.
Anak-anak lebih sering main ketimbang belajar
Ketika anak tidur kemalaman karena tidak teratur, bangun kesiangan sehingga sulit dibangkunkan. Lalu, setelah bangun yang dikerjaan anak adalah main, terkadang anak diberikan tugas kepada guru, dikerjakannya sambil bermain. Hal tersebut membuat konsentrasi belajar siswa menurun.
Tugas anak lebih banyak dikerjakan orang tua, bukan diajarkan.
Orang tua banyak yang geregetan terhadap anak, karena pekerjaan orang tua yang belum terselesaikan, anak diajarkan tidak paham, batas waktu pengumpulan yang sebentar, membuat banyak orang tua yang mengerjakan tugas anaknya. Hal tersebut juga mengakibatkan pada menurunnya kemauan belajar anak.
Masih banyak permasalahan yang terjadi pada anak selama pembelajaran dari ini. Namun, dari kelima poin tersebut sudah menggambarkan bahwa bobroknya kualitas pendidikan kita. Adab dan akhlak anak menjadi tidak terkontrol, kelakuan anak-anak semakin di luar batas. Hal tersebut karena kegiatan anak penuh dilakukan di rumah. Guru tidak bisa memantaunya dan tidak bisa mendidiknya secara penuh.
Apabila kegiatan dilakukan di sekolah, anak-anak akan berada dalam lingkungan sekolah selama 6 sampai 8 jam, sehingga mereka akan terpantau guru, diatur guru, dan melakukan aktivitas secara penuh di sekolah, hal tersebut membangkitkan motivasi belajar siswa.