Lihat ke Halaman Asli

Hikayat Desa Rasuan Baru

Diperbarui: 5 September 2024   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi By Rif'an

Pada tahun 1975, Desa Rasuan Baru pada awalnya bernama Cakatan Tapah dan masih menjadi bagian dari Daerah Kota Negara Kampung XI Seiring berjalannya waktu di tahun 1977.

kampung Cakatan Tapah resmi memisahkan diri dari Desa Kotanegara menjadi Desa Sarinegara, namun nama Sari Negara belum sempat di terapkan menjadi nama desa, serta saat itu desa sedang mengadakan pemilihan kepala Desa dimenangkan oleh bapak M. Subli, mulai saat itu berjalanlah roda kepemerintahan dengan jumlah penduduk 579 jiwa,180 KK.

Akan tetapi, ditahun 1980 terjadi perubahan nama desa yang awalnya Desa Sarinegara berganti menjadi Desa Rasuan Baru. Cerita terjadinya perubahan nama desa tersebut karena pada saat itu ada dana yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten yang sering disebut dengan Bandes ternyata nama Desa Sarinegara tidak tercantum diwilayah Kabupaten Oku Timur yang ada hanya Desa Rasuan Baru.

Maka sesuai kesepakatan dan musyawarah bersama tokoh-tokoh desa, pemerintah desa serta pemerintah kabupaten ditetapkan bahwa nama Desa Sarinegara resmi diganti menjadi Desa Rasuan Baru.

Jalan Desa Rasuan Baru dahulu sering digunakan sebagai jalur mobilitas alternatif bagi kendaraan besar seperti truk-truk besar, namun seiring waktu, dengan adanya perbaikan jalan disepanjang pinggir Bendungan Komering. Jalan raya Desa Rasuan Baru tidak terlalu ramai seperti zaman dahulu.

Dokumentasi By Rif'an

Sekarang Desa Rasuan Baru merupakan sebuah desa yang berbentuk memanjang yang terdiri dari Dusun 1,2 dan 3. Desa ini dikelilingi oleh persawahan dan perkebunan karet serta masih adanya hutan heterogen. Dalam desa ini juga terdapat sungai yang mengalir sepanjang Desa Kota Negara Timur Melintasi Desa Rasuan Baru sampai Desa Kerta Negara.

Masyarakat desa dominan bekerja menjadi petani dan pekebun namun tidak sedikit juga yang berdagang. Kebersamaan masyarakat desa masih sangat terasa, terlihat dari kegiatan bermain futsal setiap sore hari, ibu-ibu desa yang mengadakan pengajian setiap hari selasa siang, dan anak-anak yang belum banyak terjamah telepon genggam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline