Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya (Sugihastuti, 2007: 81-82). Banyak sekali bentuk karya sastra, salah satu nya cerpen. Menurut Sukirno, cerpen merupakan cerita yang isinya mengisahkan peristiwa pelaku cerita secara singkat dan padat tetapi mengandung kesan yang mendalam. Cerpen identik dengan sebuah karya sastra yang mempunyai kesan cerita yang singkat, pendek, dan pekat. Meskipun berukuran pendek,cerpen dikemas dengan kompleks. Cerpen menyajikan jalan cerita yang singkat sehingga tidak membosankan pembaca.
Seperti halnya cerpen karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Sepasang Sepatu Tua yang dimuatdalam bukunya yang berjudul Sepasang Sepatu Tua. Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang berisi 19 judul cerita pendek yang tak ada keterkaitannya satu sama lain. Tidak ada hal yang menghubungkan cerita satu dengan yang lainnya. Buku ini resmi diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok sebagai peringatan hari jadi ke-35 perpustakaan Universitas Indonesia pada tanggal 13 Maret 2019.
Sapardi Djoko Damono atau yang biasa disebut SDD, telah menerbitkan sejumlah buku puisi, esai, novel, bahkan menerjemahkan karya sastra. Karya pertamanya yang diterbitkan yaitu buku yang berjudul DukaMuAbadi. Karya sastrawan kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 ini juga telah banyak dialihwahanakan ke dalam bentuk karya lain, seperti musikalisasi puisi dan film. Salah satunya sebut saja novel Hujan Bulan Juni yang telah di adaptasi ke dalam film layar lebar pada tahun 2017.
Cerpen Sepasang Sepatu Tua karya Sapardi Djoko Damono merupakan sebuah kisah seorang tuan yang sangat menyayangi sepatu tua nya yang tidak berhenti bicara. Bahkan hingga usia sepatu tersebut sudah tidak muda lagi, mereka masih terus berbicara. Hal tersebut membuat pemiliknya penasaran dengan topik yang mereka bicarakan, karena bahasa dari sepasang sepatu tidak dimengertinya. Namun, setelah usianya sama tua dengan sepatu, pemilik semakin sayang dan berat membuang sepatu tua yang sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Terdapat perdebatan dengan tokoh lain dalam mempertahankan kesetiaanya pada sepatu tua itu, ia mendapatkan banyak cibiran dari berbagai belah pihak. Seperti terdapat pada kutipan:
"Aku selalu menolak gagasan istri dan anakku untuk membuang sepasang sepatu itu meskipun terus-terang saja semakin jarang juga kupakai, terutama kalau ke perhatelan temanten."Pak, sepatunya buang saja, deh. Jangan setiap kali manggil tukang sepatu untuk memperbaikinya. Malu, kan? Dikira nggak mampu beli sepatu baru.". (Halaman 6).
Dari kutipan diatas terdapat cibiran ataupun celaan yang dilontarkan sang istri dan anaknya terhadap sepatunya. Bahwa sepatu tua itu sudah tak layak pakai. Namun, meskipun begitu ia masih saja tetap menyayangi sepatu tua miliknya itu.
Cerpen ini menggambarkan cerita dengan menggunakan benda mati di sekitar kita. Sapardi tidak hanya memberi ruang pada benda saja, terdapat juga pesan-pesan yang ingin disampaikan. Melalui kisah Sepasang Sepatu Tua, pembaca dapat memperoleh pelajaran untuk selalu menghargai setiap benda yang sudah dipakai, karena benda tersebut menjadi saksi dari perjalanan hidup pemiliknya. Yang menjadi daya tarik utama dalam cerpen ini yaitu terdapat pada penceritaan berdasarkan personifikasi benda yaitu sepatu.
Gambaran obrolan sepasang sepatu tua membuat pembaca berpetualang dalam imajinasinya sendiri.Terkadang, kita selalu membayangkan bagaimana jika benda-benda mati disekitar dapat berbicara, apa yang mereka bicarakan, dan bagaimana perasaan setiap benda tersebut terhadap pemiliknya. Halini dapat dijumpai dalam cerpen Sepasang Sepatu Tua. Namun, pada bagian isi cerita masih berat untuk dicerna sehingga memerlukan waktu untuk memaknai isi dari cerpen ini
"Aku merasa lega. Selama hampir sebulan dalam perjalanan selanjutnya di negeri itu, aku selalu mendengarkan cakap kedua sepatu itu. Meskipun bukan aku yang diajak bicara, meskipun tidak memahami sepatah kata pun yang mereka bicarakan, aku dengan gembira berpindah dari hotel ke hotel sebab merasa dalam perjalanan tidak sendirian saja." (Halaman 3).
Dalam kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpenSepasang Sepatu Tua menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga pembaca dapat lebih mudah merasakan emosi, perasaan, serta segala masalah yang terjadi pada tokoh. Pembaca seolah berperan sebagai tokoh "Aku" dan melakukan peristiwa yang terjadi dalam cerita. Sapardi seolah memberi tahu bahwa apa saja yang disayangi, meski tua sekalipun tetap harus dihargai. Perbandingannya sama dengan hubungan manusia, kasih sayang antar manusia tidak akan bisa tergantikan. Oleh karena itu, penting menghargai setiap hubungan, maupun hal-hal di sekitar.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa cerpen Sepasang Sepatu Tuadikemas dengan sangat apik dan memudahkan pembaca merasakan emosi dan perasaan, seperti perasaan sedih, gembira, ragu, kecewa. Perasaan sedih tergambarketika sang istri dan anaknya memerintahkan untuk membuang sepasang sepatu yang sudah usang.Perasaan gembira saat ia melihat sepasang sepatuyang cocok untuk dirinya dan jugawarna sepatu yang menjadi daya tarik kebahagiaan dengan warnamerah kecoklatan sebagai warnakesayangannya. Perasaan bahagiajuga tergambar ketika sepasangsepatu akhirnya dipilih oleh seorang tuan yang juga sangat menjagamereka.