Dilansir dari Tribun Banyumas.com, Bupati Banyumas mengatakan sudah berhasil memilah sampah menggunakan mesin, baik itu sampah organik maupun anorganik. Namun, jumlah sampah plastik di Kabupaten Banyumas per hari bisa mencapai 60 ton, padahal itu masih kotor. Hal ini membuat Pemeritah Kabupaten Banyumas (Pemkab) melakukan daur ulang untuk mengurangi sampah plastik. Salah satu diantaranya yaitu dengan cara mengubah limbah plastik tersebut menjadi genting dan paving.
Mengingat sampah plastik tak mudah diurai tanah, pengolahan limbah plastik ini menggunakan mesin pengolah bernama Hot Ekstruder, yang dibeli dengan harga sekitar 190 juta. Pada awalnya limbah plastik ini dimanfaatkan untuk membuat papan taso. Namun hasilnya tidak maksimal. Kemudian setelah melakukan riset dan percobaan, dimanfaatkanlah limbah plastik ini menjadi genting dan paving.
"Lalu dicoba dibuat genting dengan masa coba selama satu bulan lebih. Pokoknya segala jenis plastik bisa masuk dan diolah," kata Ir. Achmad Husein.
Direktur Banyumas Investama Jaya (BIJ), Aditya Sigit Pratomo menambahkan, saat ini Kabupaten Banyumas tengah berupaya menuju zero waste atau bebas sampah, sehingga berbagai upaya terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan megolah limbah plastik menjadi genting.
"Memang sudah banyak hanggar atau tempat pengolahan sampah, kemudian pemilahan sampah organik dan non-organik sudah berjalan, tetapi untuk pemanfaatan sampah plastik yang mempunyai nilai ekonomis masih perlu terus dilakukan, hingga akhirnya kita menemukan formula untuk membuat genting ini," jelas Aditya (17/10/2021).
Proses pembuatan genting dan paving dari limbah plastik ini diawali dengan memasukkan sampah plastik tersebut ke dalam mesin Hot Ekstunder. Usai dimasukkan ke dalam mesin, plastik dipanaskan dengan suhu tertentu hingga leleh dan menjadi seperti bubur. Selanjutnya bubur plastik tersebut dimasukkan ke dalam cetakan pembuat genting. Setelah dicetak, genting dan paving itu didinginkan di dalam air selama tiga menit, lalu diangkat dan dijemur.
Hasil percobaan, genting itu mengapung saat dimasukkan ke dalam air. Namun setelah diubah dan diberi rongga, genting akan tenggelam saat dimasukkan ke dalam air. Genting ini sangat kuat, jika dilindas truk tidak apa apa, apalagi dibanting. Genting tersebut juga tahan panas, jika diletakkan dalam suhu sampai 70 derajat selama lima jam tidak akan meleleh.
Harganya pun sangat terjangkau dibandingkan dengan genting tanah liat. Genting limbah plastik ini hanya dibanderol sekitar Rp. 500 per buah. Sedangkan genting tanah liat dibanderol seharga RP. 1400 per buah. Untuk harga, paving dari limbah plastik ini dibandrol 45 ribu per meter persegi.
Ir. Achmad Husein menambahkan, genting plastik ini bisa digunakan misalnya untuk renovasi gedung yang rusak atau keperluan pembangunan. Inovasi ini nantinya diharapkan dapat dikelola dengan baik yang rencananya akan dipusatkan di Desa Pancasan, Ajibarang, karena memang disana sentra genting.
"semua upaya pengolahan sampah plastik masih jalan, baik yang di hanggar ataupun yang kita kirim ke pabrik semen di Cilacap. Kita sedang mencari formula yang paling efisien dan kalau pembuatan genting ini memang efisien serta bisa diterima oleh para produsen genting di Banyumas, kita akan pusatkan pembuatan genting plastik ini di daerah Ajibarang, karena disana banyak perajin genting, nanti kita berikan mesin untuk digunakan mereka," ujar Bupati Banyumas menjelaskan.
Salah satu perajin genting asal Desa Pancasan, Amir Nur Rohman mengatakan sangat tertarik dengan inovasi genting dari limbah plastik ini. Menurut ia, genting ini sangat menarik. Biasanya genting hanya terbuat dari tanah liat yang berasal dari Purbalingga, dan tidak semua tanah liat bisa digunakan untuk bahan dasar pembuatan genting. Tetapi genting dari sampah plastik ini merupakan inovasi baru yang sekaligus dapat mengatasi masalah sampah plastik di Kabupaten Banyumas. Perajin genting sejak 1997 itu pun terkesan dengan genting yang dihasilkan dari sampah plastik itu.