Lihat ke Halaman Asli

Rifan Nazhip

Menebus bait

Tirai Hujan

Diperbarui: 31 Desember 2020   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Penghujung tahun dingin, kopi beku, kafe merapatkan tirai hujan, tengah malam orang mengabarkan kota kami teggelam, akankah mimpi itu tergenang? aku menyeruput dingin, mengingat kelu terlampaui, tidak untuk disesal, tapi untuk dikenang sebagai pembelajar, agar rasa tak liar, harus paham rel dan aturan, mengatur kesejukan, terhadap riuh politik, seakan kita tak bertetangga tak bersaudara.

Biarlah hujan ini mengakrabkan kita, tak ada caci-maki, saling tuduh, saling terkam sesama, aku lupa warna kulit kita serupa, tapi sebuah kepentingan menjadi pembeda.

Semoga dengan merawat hujan ini kita raih kesejukan, masih banyak masalah merongrong, dan itu butuh kekompakan, tapi ada bisa kompak dengan berbagai kepentingan? hujan semakin keras memaku bumi, aku tak mendengar apa-apa.

Plg, 1220




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline