Lihat ke Halaman Asli

Rifan Nazhip

Menebus bait

Hujan Itu Retak di Bulan Juli

Diperbarui: 19 Juli 2020   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi : www.indonesiakaya.com

aku selalu ingin memanen hujan bulan Juni setelah bertahun menyemai kilat dan petir.

begitu katamu ketika kita duduk di kafe paling sudut kota itu, dan kau rampungkan syair dengan bibir bergetar.

katamu, kau ingin melihat hujan deras, ingin menumbuhkan bibit, melihat embun di lidah daun, terhapus oleh leleran kasih sayang.

pada Juni akan ingin, akan deras derai, memelukmu menjalin kehangatan, kita terlalu jauh berjarak, kita telah menjadi bengis dan kejam, kau ingin membuatnya sejuk di bulan Juni yang rapuh.

sekarang kepompongmu netas, retak, kau salah kaprah, kami panen hujan bulan Juli, bukan derai langit yang membasah tanah, tapi derai mata yang tak kuat menahan sembab dada.

rama-rama telah pergi menyongsong air mata dari segala mata air, dari tetes seluruh tetes, kau tak lagi takut patah sayap, pada derai  ini terbang, menujum ujung langit, sihir katamu tetap khusyuk, aku rindu suaramu pada gelung hujan yang kau impikan, jatuh saat tak bisa kau rasa, kau bagi kehangatan itu.

Plg, 19072020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline