kamu adalah kenangan itu
menjadi kafein saat malam
larut dalam hujan
menghabiskan nikotin memasung asbak
aku memang sudah gila
tapi aku lebih ingin gila karenamu
aku tak ingin tersadar
kau sudah tak ada
aku mencintaimu pada aroma basah
pada saat pertemuan kita pertama kali
hingga sekarang aku tetap memaku bayangmu
terkadang aku lari
wajahmu coba mengepung
aku tak sanggup merenda insomnia
tersaruk aku semakin puruk
kutahu kau sudah milik dia
tapi bagaimana membunuh rindu di hati batu
berpasrah mengentalkan wajahmu
tetaplah kurawat kenangan sampai menua
kan kusimpan di selarik uban yang semakin mengepung
1504
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H