Pagi itu Aron terburu-buru masuk ke dalam kelasnya. Bagaimana ini? Dia belum mengerjakan pe-er matematika. Dia harus menyelesaikannya sebelum Bu Fat tiba. Kalau tidak, hmm, dia pasti akan dihukum membersihkan rumput di lapangan depan sekolah. Aduh, malunya! Masa' anak yang terkenal rajin dihukum karena tak mengerjakan pe-er!
Tadi malam Aron memang sudah diingatkan ibu agar cepat tidur. Namun sebuah komik telah membuatnya membantah perintah ibu. Cerita dan gambar komik itu asyik sih!
"Kamu lupa mengerjakan pe-er ya, Ron? Tumben!" Bombom tertawa. Dia teman sebangku Aron, berbadan besar dan suka mengganggu teman.
"Iya, Bom. Aku keasyikan membaca komik yang kau pinjamkan," jawab Aron dengan gugup.
Beruntung Bu Fat terlambat datang ke sekolah. Aron yakin sebentar lagi pe-ernya akan selesai. Tapi akibat menulis terburu-buru, pensilnya jatuh di bawah bangku Bombom. Tatkala akan meraihnya, dia tak sengaja melihat beberapa lembar uang di laci meja. Uang siapakah itu? Apakah itu uang milik Bombom?
Aron menghela napas tak perduli. Baginya lebih penting memikirkan pe-er daripada uang itu. Untung saja beberapa saat kemudian pe-ernya selesai, bertepatan Bu Fat muncul di depan kelas.
Tapi kenapa gadis mungil berlesung pipi yang duduk di belakang Aron menangis? Ada apa dengan Ola? Mungkin dia juga tidak mengerjakan pe-er.
"Ola menangis, Bu Fat!" teriak Tini.
Bombom tertawa. "Ola lupa mengerjakan pe-er, Bu"
"Ola!" Bu Fat melotot. "Kenapa kau tak mengerjakan pe-er?"
Gadis mungil itu menghapus air matanya. Olala, ternyata tuduhan Bombom tidak terbukti. Pe-er Ola sudah selesai seminggu lalu. Dia hanya sedih memikirkan uangnya yang hilang. Padahal uang itu untuk membeli obat batuk sirop pesanan ayahnya.