Lihat ke Halaman Asli

Program "CIBERKAT" Strategi Pengembangan Pertanian Horikultura Buah Nanas di Desa Cirangkong, Subang

Diperbarui: 27 Oktober 2021   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Selain dikenal dengan negara kepulauan, Indonesia juga terkenal sebagai negara agraris. Agraris dapat di lihat dari sektor pertanian yang dipergunakan sebagai mata pencaharian bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Selain itu, sebagian besar sektor pertanian ini berada di daerah pedesaan. 

Berkenaan dengan perkembangan desa di Indonesia yang telah berhasil beralih dari desa tertinggal menjadi desa berkembang, salah satunya ialah Desa Cirangkong, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Peralihan Desa Cirangkong dari desa tertinggal menjadi desa berkembang tentunya tak lepas pula dari potensi yang dimiliki Desa Cirangkong, salah satunya ialah desa yang terkenal dengan penghasil nanasnya. 

Dari potensi ini pula beberapa pihak tergerak untuk memberdayakan potensi yang dimiliki Desa Cirangkong. Tetapi, dalam prosesnya potensi yang besar dari nanas yang dimiliki Desa Cirangkong ini, ternyata pertanian nanas di Subang masih menghadapi permasalahan. Di antara masalah yang dianggap sangat penting saat ini adalah terkait penurunan produksi dan produktivitas buah nanas di Subang.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Casdimin et al., 2020), penyebab rendahnya produktivitas nanas subang adalah karena tidak efisiennya petani dalam menggunakan input dan teknologi pertanian. Upaya untuk mendorong kemajuan pertanian buah nanas demi meningkatkan kesejahteraan petani nanas tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau swasta saja, namun digerakkan pula oleh Yayasan Dompet Dhuafa. 

Yayasan Dompet Dhuafa merupakan sebuah lembaga filantropi Islam, yang mempunyai 5 pilar program utama yang bertujuan besar dalam mengentaskan kemiskinan. Salah satu programnya ialah program ekonomi, berupa memberdayakan masyarakat berbasis potensi daerah untuk mendorong kemandirian umat dan sejak tahun 2016 telah mendampingi petani buah nanas di Desa Cirangkong, Kabupaten Subang.

Adapun proses dan tahapan program pemberdayaan Cirangkong Berdaya Masyarakat (CIBERKAT), diantaranya :

1. Pemetaan Potensi

Desa Cirangkong adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Subang, tepatnya berada di Jalan Raya Cirangkong, Desa Cirangkong Kec. Cijambe Kab. Subang Provinsi Jawa Barat, yang terdiri dari 3 dusun yaitu 6 RW, 22 RT, dan 8 perkampungan.

2. Analisis Potensi

  • Strength :
  1. Memiliki lahan perkebunan yang luas
  2. Memiliki hasil perkebunan nanas yang melimpah
  3. Memiliki komoditas atau produk buah-buahan unggulan
  4. Memiliki potensi alam yang dapat dikelola menjadi desa wisata
  5. Memiliki peternakan sebagai sumber mata pencaharian lain selain dari perkebunan
  6. Memiliki sumber daya manusia, khususnya pemuda untuk mengelola perkebunan agar lebih maju dan mandiri
  7. Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi untuk memajukan desa
  8. Masyarakat memiliki antusias yang besar untuk melakukan perubahan menuju desa yang mandiri
  9. Masyarakat dan pemerintah setempat bersikap terbuka untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam memajukan desa
  10. Memiliki UMKM yang dapat dikembangkan
  • Weakness :
  1. Akses jalan menuju Desa Cirangkong masih ada sebagian yang rusak, lokasi yang jauh dengan jalan berkelok membuat akses menuju Desa Cirangkong semakin sulit ditempuh
  2. Pemasaran hasil perkebunan dijual langsung kepada tengkulak dan pasar
  3. Pendidikan masyarakat masih rendah
  4. Kondisi jaringan di Desa Cirangkong masih belum memadai untuk semua jenis provider.
  5. Masyarakat masih kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasarkan hasil kebun melalui digital marketing
  6. Tidak ada  mata air terdekat untuk mengaliri pertanian dan perkebunan di Desa Cirangkong
  • Opportunity :
  1. Desa Cirangkong memiliki lahan perkebunan yang luas, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan nanas sekaligus wisata edukasi nanas
  2. Sekitar 30 menit waktu tempuh perjalanan dari Desa Cirangkong menuju jalan raya, terdapat toko-toko pusat oleh-oleh yang dapat menjadi temapt untuk menjual hasil produksi nanas
  3. Jumlah pemuda yang banyak dengan antusias yang tinggi untuk belajar mengolah pertanian dan perkebunan, membuka peluang untuk dilakukannya pemberdayaan terhadap pemuda desa
  4. Desa Cirangkong memiliki UMKM yang dapat dikembangkan menjadi lebih besar lagi
  5. Lokasi perkebunan nanas yang terletak di atas perbukitan yang dilengkapi dengan saung-saung hasil binaan dari Dompet Dhuafa berpotensi menjadi desa wisata dengan pemasaran digital yang kuat
  • Treat
  1. Dikarenakan perkebunan di Desa Cirangkong ini bekerja sama dengan Dompet Dhuafa, maka jika sewaktu-waktu Dompet Dhuafa memberhentikan kerja samanya akan menjadi ancaman bagi masyarakat Desa Cirangkong, seperti hilangnya pekerjaan.

3. Penyusunan Design Model

  1. Pra Pemberdayaan : Melakukan studi literatur, kemudian melakukan analisis situasi, lalu melakukan identifikasi potensi dan masalah serta melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi
  2. Input : Potensi yang dimiliki oleh Desa Cirangkong berupa banyaknya lahan pertanian serta banyaknya variasi tanaman hortikultura, serta mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani.
  3. Sosialisasi : Memberikan informasi dan saran kepada pihak desa, BUMDES, dan kelompok tani. Selain itu, kelompok tani diberi pengetahuan mengenai pengelolaan perkebunan nanas
  4. Kegiatan : Pembentukan kelompok pada masyarakat Desa Cirangkong, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : Kelompok yang berperan dalam management pemasaran dan branding hasil pertanian dalam bentuk pelatihan pembuatan website, dan kelompok tani yang akan difokuskan dalam pengelolaan perkebunan untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas perkebunan nanas
  5. Tujuan dan Output : Untuk memaksimalkan hasil perkebunan dan memperluas pemasaran hasil perkebunan dengan output menghasilkan lembaga atau kelompok yang terfokus pada pemasaran hasil perkebunan dalam hal untuk meningkatkan harga jual nanas, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola pemasaran digital.

4.  Sosialisasi dan Diseminasi

Sosialisasi dan diseminasi merupakan satu kesatuan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari proses pemberdayaan. Proses sosialisasi dan diseminasi yang dilakukan Dompet Dhuafa pada Desa Cirangkong menggunakan sistem "Door to Door" secara merta kepada seluruh warga.

5. Pembentukan Kelompok Usaha Produktif dan Kreatif

Dompet Dhuafa memberdayakan Desa Cirangkong melalui program "Indonesia Berdaya" sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa merumuskan pembentukan kelompok usaha produktif dan kreatif guna mencapai harapan masyarakat dalam pengoptimalan potensi pertanian, diantaranya:

  1. Kelompok Tani, terdiri dari masyarakat yang mayoritas sudah bekerja sebagai petani dan memiliki pengetahuan maupun kemampuan dasar dalam pertanian. Kelompok Tani juga akan menjadi pelaksana atau pelaku dalam melaksnakan dan memajukan berbagai program yang ada. Kelompok Tani ini akan terfokus pada pengelolaan dan produksi pertanian, mulai dari penanaman hingga pemanenan.
  2. Kelompok Pemasaran Online, Kelompok ini akan memanfaatkan masyarakat usia muda Desa Cirangkong yang memiliki kemampuan dasar dalam menggunakan teknologi online, karena kelompok ini akan berfokus kepada pengembangan pemasaran online mengenai komoditas buah-buahan, khususnya nanas di Desa Cirangkong. Kelompok ini akan terfokus kepada pembentukan kelembagaan mandiri yang dikelola oleh masyarakat, misalnya seperti pemesanan, pemasaran online, pengelolaan media sosial, aplikasi, web produk dan sebagainya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline