Pada tahun 2015, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat mengadopsi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Agenda ambisius ini bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi planet, serta menjamin perdamaian dan kemakmuran bagi semua orang. Namun, pencapaian SDGs bukanlah tugas yang mudah, dan membutuhkan upaya kolektif dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Salah satu pendekatan yang semakin banyak digunakan untuk mencapai SDGs adalah kebijakan campuran. Kebijakan campuran ini merupakan kombinasi dari berbagai instrumen kebijakan, seperti regulasi, insentif ekonomi, dan instrumen sukarela, yang digunakan secara terintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks SDGs, kebijakan campuran dianggap sebagai pendekatan yang efektif karena dapat mengatasi kompleksitas dan saling ketergantungan antara berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dampak positif kebijakan campuran terhadap kemajuan implementasi SDGs dapat dilihat dari berbagai aspek. Pertama, kebijakan campuran memungkinkan adanya pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi dalam mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan. Dengan menggabungkan berbagai instrumen kebijakan, seperti regulasi, insentif fiskal, dan program-program sukarela, pemerintah dapat mengatasi berbagai dimensi permasalahan secara lebih komprehensif.
Sebagai contoh, untuk mencapai Tujuan 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), pemerintah dapat menerapkan kebijakan campuran yang meliputi regulasi tentang efisiensi energi, insentif fiskal untuk mendorong investasi dalam energi terbarukan, serta program-program edukasi dan promosi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya efisiensi energi dan energi bersih.
Kedua, kebijakan campuran dapat memfasilitasi keterlibatan dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan. Dengan menggunakan kombinasi instrumen kebijakan yang beragam, pemerintah dapat melibatkan sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil dalam upaya pencapaian SDGs. Hal ini penting karena SDGs membutuhkan upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat.
Sebagai contoh, dalam upaya mencapai Tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), pemerintah dapat menerapkan kebijakan campuran yang melibatkan sektor swasta melalui regulasi tentang praktik bisnis yang berkelanjutan, serta insentif bagi perusahaan yang mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan. Di sisi lain, masyarakat sipil dapat dilibatkan melalui kampanye dan program-program edukasi tentang gaya hidup yang berkelanjutan.
Ketiga, kebijakan campuran dapat mendorong inovasi dan solusi kreatif dalam mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan. Dengan mengombinasikan berbagai instrumen kebijakan, pemerintah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi dan eksperimentasi. Hal ini penting untuk menghadapi kompleksitas dan saling ketergantungan antara berbagai tujuan SDGs.
Sebagai contoh, dalam upaya mencapai Tujuan 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), pemerintah dapat menerapkan kebijakan campuran yang meliputi regulasi tentang standar industri yang berkelanjutan, insentif fiskal untuk mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta program-program kolaborasi antara industri, akademisi, dan pemerintah untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru.
Meski demikian, penerapan kebijakan campuran juga menghadapi tantangan dan risiko tertentu. Salah satu tantangan utama adalah koordinasi dan harmonisasi antar-instrumen kebijakan yang berbeda. Jika tidak dikelola dengan baik, kebijakan campuran dapat menyebabkan tumpang tindih, inkonsistensi, atau bahkan kontradiksi antara berbagai instrumen kebijakan yang digunakan.
Terlepas dari tantangan tersebut, kebijakan campuran tetap menjadi pendekatan yang menjanjikan dalam upaya mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan mengombinasikan berbagai instrumen kebijakan secara terintegrasi, pemerintah dapat mengatasi kompleksitas dan saling ketergantungan antara berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan. Namun, keberhasilan kebijakan campuran ini juga bergantung pada komitmen dan kolaborasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat sipil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H