Lihat ke Halaman Asli

Kurangnya Kemampuan Calistung Menjadi Penghambat Proses Belajar

Diperbarui: 13 Januari 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Harapan dan Realita terkait Calistung

Sejak tahun ajaran 2022/2023, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menghapus tes baca tulis hitung (calistung) sebagai syarat masuk Sekolah Dasar (SD). Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam masa transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke SD. Selain itu, ini juga sebagai salah satu cara untuk menghapus stigma masyarakat terkait kemampuan calistung yang dijadikan sebagai kemampuan utama dan terpenting yang harus dimiliki oleh calon peserta didik.

Sebelum adanya pemberitahuan terkait program penghapusan tes calistung. Ternyata, terdapat beberapa sekolah yang memang tidak melakukan tes calistung ketika proses penerimaan peserta didik baru. Salah satu alasan dilakukannya hal tersebut yaitu karena terdapat banyak calon peserta didik yang belum memiliki kemampuan calistung tetapi telah memiliki usia yang cukup untuk mendaftar ke SD.

Namun, kondisi di lapangan memperlihatkan bahwa peserta didik yang tidak memiliki kemampuan calistung terutama kemampuan membaca dengan baik, maka tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pula. Hal ini dikarnakan proses kegiatan belajar mengajar dan materi pembelajaran yang ada di SD disampaikan dalam bentuk teks bacaan. Bahkan, di kelas 1 telah terdapat muatan-muatan pembelajaran sepeti Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila, Seni, dan Matematika yang memerlukan kemampuan calistung.

Bahkan, peserta didik yang tidak mampu menguasai keterampilan calistung tidak hanya pada peserta didik kelas 1. Dari pengamatan yang dilakukan terdapat beberapa peserta didik kelas atas, seperti kelas 4 dan 5 yang juga tidak mampu menguasai keterampilan calistung. Padahal, jika dilihat dari cakupan materinya, calistung terutama membaca menjadi salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Hal ini karena pada dasarnya dalam proses pembelajaran selalu berkaitan dengan teks bacaan/tulisan yang berperan sebagai media penyampaian materi pembelajaran.

Apabila peserta didik kurang mampu atau bahkan tidak dapat menguasai keterampilan membaca, maka proses belajarnya akan terhambat. (Mauludiana et al., 2020) mengungkapkan bahwa kemampuan membaca akan menjadi dasar bagi keterampilan yang lain, baik dalam kehidupan di sekolah maupun kehidupan di masyarakat. Karena itulah setiap peserta didik diharapkan mampu menguasai keterampilan membaca.

Perlu adanya sebuah solusi dalam mengatasi kurangnya kemampuan peserta didik dalam calistung. Namun, sebelum mencari solusi terkait permasalahan yang ada, maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam keterampilan calistung. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di salah satu Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan salah satu SD di Kabupaten Klaten, ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami permasalahan tersebut.

Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Calistung

Secara umum terdapat dua faktor yang menyebabkan peserta didik terutama kelas atas masih mengalami kesulitan dalam keterampilan calistung, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  • Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keterampilan calistung, yaitu motivasi peserta didik.

Motivasi atau keinginan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemampuan calistung. Apabila peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan memahami calistung maka kemampuan calistungnya juga akan semakin tinggi. Begitupun sebaliknya, apabila peserta didik tidak memiliki motivasi maka kemampuan calitungnya juga tidak akan meningkat. Hal ini juga ditemukan oleh (Permatasari et al., 2021) bahwa faktor internal yang mempengaruhi peserta didik untuk belajar membaca yaitu rendahnya keinginan belajar membaca serta beratnya mereka untuk belajar membaca baik di sekolah maupun di rumah.

  • Faktor eksternal
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline