Arab Saudi, sebagai negara yang kaya akan sejarah dan nilai-nilai Islam, telah mengambil langkah besar dalam meluncurkan Visi 2030 untuk mereformasi ekonomi dan sosialnya. Diumumkan pada tahun 2016 oleh Pangeran Mohammed bin Salman, Visi 2030 bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada cadangan minyak bumi dan mengembangkan sektor pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, rekreasi dan pariwisata. Namun, reformasi ini tidak hanya tentang aspek ekonomi, tetapi juga sosial, termasuk transformasi dalam peran perempuan di masyarakat.
Konteks Politik dan Budaya Islam
Arab Saudi dikenal sebagai negara yang menerapkan hukum berdasarkan syariat Islam, yang mempengaruhi setiap aspek kehidupan publik dan pribadi. Dalam pandangan Islam, Perempuan memiliki hak-hak yang dihormati dan dilindungi, seperti hak untuk bekerja dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan public. Visi 2030 mencoba untuk mengambil langkah-langkah yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, sambil menghadapi tantangan dari berbagai interpretasi dan pendekatan terhadap nilai-nilai tradisional.
Analisis Pemberdayaan Perempuan dalam Visi 2030
Visi 2030 telah menghadirkan serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan peran perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu langkah terbesar adalah memberikan hak mengemudi kepada Perempuan yang mana keputusan ini diresmikan pada tahun 2018, yang mana sebelumnya dianggap sebagai hal yang dilarang dalam budaya Saudi. Selain itu, ada upaya yang signifikan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam sektor-sektor yang didominasi oleh laki-laki seperti teknologi, Kesehatan dan akses mereka ke pendidikan tinggi juga upaya signifikan untuk meningkatkan partisipasi Perempuan dalam tenaga kerja.
Pemerintah telah menetapkan target untuk meningkatkan partisipasi perempuan menjadi 30% pada tahun 2030. Contoh dimana peran perempuan terlibat adalah ketika pemerintah Arab menunjuk Al Suhaimi sebagai perempuan pertama yang memimpin menjadi Kepala Bursa Saham Arab Saudi yang baru. Ada juga Rania Nashar yang menjadi CEO wanita pertama dari sebuah bank komersial besar di Arab Saudi.
Menurut artikel dari Republika 2023, lebih dari separuh pendidik di Arab Saudi saat ini adalah Perempuan, yang menunjukkan hasil nyata dilapangan. Imam bint Habas al-Mutairi, Wakil Mentri Perdagangan Arab Saudi menyatakan bahwa perempuan Saudi adalah prioritas utama dalam Visi 2030 dan bahwa partisipasi perempuan dalam pengembangan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama dari rencana ini, (alarabia.net).
Dampak Sosial dan Budaya
Reformasi ini tidak hanya tentang memberikan hak-hak formal kepada perempuan, tetapi juga tentang perubahan mendalam dalam norma-norma sosial dan budaya. Peran perempuan dalam masyarakat Saudi semakin diakui dan dihargai, menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan progresif. Menurut laporan dari World Bank, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja telah meningkat secara signifikan sejak dimulainya Visi 2030 yang menunjukkan kemajuan nyata termasuk sektor ekonomi dan pendidikan dari hasil partisipasi perempuan.
Artikel dari Atlantic Council mencatat bahwa partisipasi perempuan dalam sektor swasta meningkat, dengan semakin banyak perempuan yang mengambil peran-peran kunci dalam perusahaan-perusahaan besar. Sementara itu, Hospitality Net memuat artikel yang berisi bahwa perempuan juga mulai memimpin dalam industri perhotelan dan pariwisata, memperkuat posisi mereka di pasar tenaga kerja yang sebelumnya didominasi oleh laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dapat memegang posisi kepemimpinan diberbagai bidang.
Visi 2030 Arab Saudi adalah contoh nyata bagaimana sebuah negara dapat mengambil langkah-langkah berani untuk merombak struktur sosial dan ekonomi, termasuk pemberdayaan perempuan. Meskipun masih ada tantangan yang harus diatasi, reformasi ini menawarkan potensi besar untuk mengubah paradigma tentang peran perempuan dalam masyarakat Arab Saudi.