Lihat ke Halaman Asli

Rajasa

freelance

Kuis 15_Diskursus Kritik Teknologi dan Digitalisasi Manusia Teori Herbert Marcuse

Diperbarui: 7 Februari 2024   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar2

Diskursus Kritik Teknologi dan Digitalisasi Manusia Teori Herbert Marcuse

Sejarah Singkat Herbert Marcuse

Herbert Marcuse (1898-1979) adalah seorang filsuf, sosiolog, dan teoretikus politik Jerman-Amerika yang dikenal sebagai salah satu anggota terkemuka dari Sekolah Frankfurt. Lahir di Jerman, Marcuse mengalami dampak langsung Perang Dunia I dan perubahan politik yang signifikan di negaranya. Marcuse belajar di Universitas Freiburg dan kemudian di Universitas Berlin, di mana ia terlibat dalam lingkaran intelektual yang termasuk tokoh-tokoh seperti Martin Heidegger dan Max Weber. Pada awalnya, ia adalah seorang sarjana yang berspesialisasi dalam filsafat Jerman dan idealisme Hegelian.

Marcuse terlibat dalam aktivitas politik sejak awal kariernya, terutama sebagai anggota Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD). Namun, setelah naiknya rezim Nazi ke kekuasaan pada tahun 1933, Marcuse, yang keturunan Yahudi, mengalami penganiayaan dan mengungsi. Ia pindah ke Jenewa, Swiss, dan kemudian ke Amerika Serikat pada tahun 1934.


Pandangan apa yang memepengaruhi pemikiran Marcuse dalam teorinya?

Pemikiran Marcuse memberikan kontribusi besar terhadap teori kritis, sosiologi kritis, dan filsafat politik. Ia dianggap sebagai salah satu teoretikus yang paling berpengaruh pada abad ke-20. Pemikirannya berfokus pada pembebasan manusia dari bentuk-bentuk penindasan sosial dan politik.

Herbert Marcuse memiliki pandangan yang kritis terhadap masyarakat modern, teknologi, dan kapitalisme. Beberapa poin kunci dari pandangannya termasuk:

  1. Manusia Satu Dimensi: Marcuse mengembangkan konsep "manusia satu dimensi" untuk menggambarkan masyarakat modern yang terjebak dalam konformitas dan keseragaman. Menurutnya, kebudayaan modern dan teknologi cenderung menghasilkan manusia yang hanya berpikir dalam satu dimensi, kurang mampu untuk berpikir kritis dan melihat di luar batasan yang diberlakukan oleh struktur kekuasaan.
  2. Repressive Tolerance: Marcuse memperkenalkan konsep "repressive tolerance" (toleransi represif) di mana ia menyoroti bahwa toleransi dalam masyarakat modern bisa menjadi bentuk kontrol dan penindasan. Ia berpendapat bahwa toleransi terhadap pandangan yang merugikan atau merusak dapat mengakibatkan dominasi kelompok yang lebih kuat.
  3. Teknologi dan Dominasi: Kritik Marcuse terhadap teknologi melibatkan kekhawatiran bahwa perkembangan teknologi dapat digunakan sebagai alat dominasi oleh elit kekuasaan. Teknologi, menurutnya, dapat menjadi sarana untuk mempertahankan struktur sosial yang ada dan meningkatkan kontrol terhadap masyarakat.
  4. Kesenjangan dan Eksploitasi: Marcuse mengamati bahwa masyarakat modern, terutama dalam konteks kapitalisme, cenderung memperdalam kesenjangan ekonomi dan sosial. Ia menyuarakan keprihatinan terhadap eksploitasi manusia dan alam yang terjadi dalam sistem kapitalis.
  5. Revolt of the Young: Marcuse optimis terhadap potensi perubahan sosial melalui apa yang ia sebut "revolt of the young" (pemberontakan generasi muda). Ia melihat potensi perubahan masyarakat melalui gerakan mahasiswa dan aktivis yang menentang norma-norma dan nilai-nilai yang diterapkan oleh masyarakat satu dimensi.

Pandangan-pandangan ini menciptakan dasar bagi pemikiran kritis Marcuse yang memperjuangkan kebebasan, perubahan sosial, dan pembebasan manusia dari bentuk-bentuk penindasan yang dihasilkan oleh struktur kekuasaan dan budaya konformitas. Meskipun ada kontroversi dan kritik terhadap ide-idenya, pemikiran Marcuse terus memengaruhi studi-studi kritis, sosiologi, dan filsafat politik.

Herbert Marcuse, seorang teoretikus kritis dari aliran Frankfurt School, menyumbangkan analisis kritis terhadap teknologi dan dampaknya terhadap manusia dalam karyanya "One-Dimensional Man" (Manusia Satu Dimensi). Berikut adalah beberapa aspek diskursus kritis Marcuse terhadap teknologi dan digitalisasi:

Kesenjangan Antara Potensi dan Realitas: Marcuse berpendapat bahwa teknologi memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup dan membebaskan manusia dari beban kerja fisik yang berlebihan. Namun, dalam realitasnya, teknologi seringkali digunakan untuk mempertahankan struktur sosial yang ada dan meningkatkan kontrol terhadap masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline