Lihat ke Halaman Asli

Di Mana Rasi Salib Berada?

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat bulan akan tergelincir, pandanglah langit. Pandangi bintang demi bintang yang menyemburat megah di permadani langit, angkat tanganmu dan acungkan telunjukmu untuk berimajinasi menghubungkan titik-titik yang sangat besar."

Amanat tentang langit dan gemintangnya di atas bukanlah dari nenek moyang, melainkan dari saya. Saya suka memperhatikan langit, entah siang ataupun malam, entah cerah ataupun mendung. Berdecak kagum tiada henti dan melenguh syukur. Langit memberikan ketenangan sendiri bagi saya. Tapi tidakkah Anda perhatikan bahwa langit, terutama saat malam, bintang-bintang semakin berkurang?

Jika Anda sempat bepergian keluar kota dan sempat menengadah ke langit, maka Anda temukan perbedaannya. Sewaktu kecil saya melontarkan pertanyaan seperti ini: apa langit yang saya lihat sekarang sama seperti yang kalian lihat di kota kalian?

Tapi nyatanya tidak. Sewaktu saya kecil dan hingga dewasa seperti sekarang, ada tiga kota yang selalu saya singgahi yaitu Pamekasan, Surabaya dan Jember. Saya hafal posisi bintang-bintang di Pamekasan karena saya banyak menghabiskan waktu di kota ini. Yang selalu menjanjikan keindahan di malam hari memang Pamekasan, entah apa karena polusi cahaya jadi di Surabaya dan Jember, jarang terlihat tumpah ruahnya bintang seperti di Pamekasan.

Bintang-bintang di Jember dan Surabaya hanya bisa saya lihat saat subuh tiba, itupun sedikit. Tapi hal ini bukan perasaan saya semata, ahli astronomi mengatakan demikian. Sekarangpun di langit Pamekasan, konstelasi bintang yang biasa saya temui tidak ada. Saya menyebutnya sih rasi salib. Apa ini pertanda bintang memang semakin berkurang seperti pemaparan astronom yang saya linkkan sebelumnya?

Tapi hipotesis saya tidak bisa diiyakan begitu saja, ada suatu kewajaran jika suatu waktu kita melihat bintang A dan beberapa tahun kemudian bintang A tidak terlihat dari langit. Ada dua kemungkinan yang terjadi: pertama, bintang tersebut mati; kedua, bintang tersebut bergerak.

1. APA? Bintang mati?

Ya. Bintang bisa mati layaknya makhluk hidup. Bintang dilahirkan, menjadi tua, akhirnya mati. Bintang terbentuk dari awan gas dan partikel debu di ruang angkasa. Ketika pertikel itu berputar-putar, beberapa diantaranya menggumpal menjadi satu. Lama-kelamaan semakin banyak partikel yang bergabung dalam kumpulan itu. Kemudian karena tarikan gravitasi masing-masing, kumpulan itu menyusut ke dalam. Tekanan yang kuat membuat inti bintang itu menjadi panas dan semakin panas. Akhirnya setelah cukup panas untuk memulai reaksi nuklir secara tetap, lahirlah sebuah bintang.

Bagaimana bintang menjadi tua?

Disebagian besar umur hidupnya, bintang bersinar stabil. Selama itu, bintang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Kemudian setelah milyaran tahun, hidrogen di intinya mulai menipis. Saat inilah bintang memasuk usia tua. Ia mulai membakar hidrogen di lapisan sekeliling intinya. Perubahan ini membuat bintang memuai dan berubah warna. Dari bintang kuning atau putih berukuran sedang, ia menjadi bintang merah raksasa.

Bagaimana bintang mati?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline