Lihat ke Halaman Asli

Verificoffee, Strategi Pengembangan Mutu Kopi melalui Pengukuran, Penakaran, dan Penimbangan yang Tepat

Diperbarui: 3 Oktober 2020   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam tiga tahun terakhir, konsumsi kopi di Indonesia mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kopi menjadi industri yang potensial dan terus berkembang di Indonesia. 

Walaupun dari dahulu, kopi tidak pernah lepas dari kebiasaan sehari-hari di masyakarat Indonesia umumnya kaum pria. Namun sekarang, perubahan pola konsumsi kopi tidak lagi menjadi monopoli kaum pria, tetapi mulai menjadi gaya hidup baru khususnya bagi kaum milenial. Mulai dari usia anak-anak hingga orang dewasa, pria dan wanita, mulai menjadikan "ngopi" sebagai gaya hidup. 

Hal ini tidak mengherankan apabila hampir di setiap sudut pusat perbelanjaan atau pusat perkotaan terdapat kedai kopi. Data riset independen Toffin dan MIX MarComm SWA yang disampaikan oleh Dani M Dahwilani (2019) menyebutkan bahwa sejak tahun 2016, jumlah kedai kopi di Indonesia terus bertambah dari 1.083 outlet menjadi lebih dari 3.000 outlet di tahun 2020. 

Laporan Global Agricultural Information Network tahun 2019 menunjukkan bahwa konsumsi kopi indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 350.000 ton dan 370 ribu ton di tahun 2011, dan ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 14 per sen. Walaupun secara per kapita, konsumsi kopi masyarakat Indonesia masih jauh di bawah negara ASEAN lainnya.

Metrologi di balik secangkir kopi: pengukuran dari farming hingga brewing

Untuk menikmati secangkir kopi, ada beberapa langkah dalam rantai pengolahan kopi yang cukup panjang mulai dari farming, roasting, hingga brewing.

 Founder Rumah Kopi Nusantara, Abdul Rochim pada sebuah Webinar yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan pada 1 Oktober 2020 yang lalu mengatakan bahwa setiap proses memiliki pengaruh yang siginfikan terhadap langkah selanjutnya. 

Apabila output yang dihasilkan dari proses farming tidak baik, maka pada proses roasting dan brewing tentunya akan berpengaruhi. Bagi sebagian besar pecinta kopi, rasa dan aroma menjadi indikator secangkir kopi enak untuk dinikmati. 

Namun bagi sebagian lainya, dibalik rasa dan aroma, terdapat ukuran-ukuran yang menarik untuk dipelajari. Misalnya, pada proses farming, faktor-faktor dasar seperti curah hujan, kelembaban udaram, temperatur udara, kualitas udara, kadar air dan waktu mempengaruhi kualitas bijih kopi (green bean).

Pada saat roasting, kadar air, densitas, temperatur, warna dan waktu menjadi faktor penentuan tingkatan kualitas dari biji kopi (roasted bean). Sedangkan dalam proses brewing, pH air, tenmperatur, tekanan, grind size, berat, dan waktu menentukan rasa dan aroma kopi. 

Dengan demikian terlihat bahwa pengukuran, penakaran, dan penimbangan terhadap faktor-faktor tersebut dari satu proses ke proses yang lain akan menentukan kenikmatan kopi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline