Lihat ke Halaman Asli

RIDWAN ZAMRONI

Universitas Pendidikan Indonesia

Sembilan dari Sejuta: Nurani dan Akal Budi

Diperbarui: 9 Agustus 2023   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi 

Batik, jadi perisai kami hari ini (Kamis, 03/08/2023). Tujuannya mengarah pada geliat ramai kegiatan posyandu di RW 07. Kali ini, kegiatan sedikit lebih siang, pukul 09.00 WIB kami dituntut sampai lokasi. Perihal kegiatan dan apa yang akan mengaduk-aduk nurani kami, akan saya jelaskan di paragraf-paragraf berikutnya. 

Di posyandu, kami bertemu dengan banyak perempuan hebat. Kader-kader berbaju kuning mewarnai meriahnya tangis dan tawa anak-anak balita di sana. Ada juga nona-nona medis yang dengan cekatan dan telaten melayani anak-anak, kami selaku remaja, dewasa, hingga lansia. Bapak Hadi Susilo, Ketua RW 07, menjadi pengawas kegiatan bersama Pak Zaldi yang mewakili kelurahan. 

Adapun kegiatan kali ini berkutat pada pendataan terhadap pengukuran tinggi badan, berat badan, tensi darah, dan cek gula darah. Saya sendiri, tentu saja cekrek-cekrek sana-sini. Sesekali melantur buat mencairkan suasana. Dan jujur saja, menurut pandangan pribadi, di momen ini kebahagiaan tampaknya menyelimuti kami. 

Kegiatan berakhir pukul 11.30 WIB. Namun, hanya berlaku untuk posyandu. Untuk kami, kunjungan selanjutnya adalah turunan tajam. Menuju Rian, seorang anak dengan kelainan fisik sejak lahir. 8 tahun sudah, ia hidup tanpa anus. Bersama Pak Hadi, kami mencoba melihat kondisinya di kediaman termaksud. 

Yap, di sini, saya merasakan udara lebih sepi lagi. Menghadapi Rian yang sedang anteng bermain gawai, dan ibunya yang punya raut wajah tegar. Di kosmos yang selalu saya pandang holistik ini, di momen-momen beginilah saya akhirnya punya hati. Hati yang parsial, namun melebur dengan orang-orang kesadaran yang berbeda. 

Bagaimana tidak? Selain tak punya anus, baru diketahui kalau ada tumor yang baru tumbuh di tubuh Rian. Ketika ditanya sudah sejauh mana langkah yang diambil, tak ada jawaban pasti. Kunjungan demi kunjungan orang-orang penting, bukaan-bukaan donasi, dan masih banyak lagi, tak ada yang mampu mengalahkan agungnya birokrasi di negeri ini. BPJS, KIS, sudah tak mempan lagi buat merayu meja operasi untuk berikhtiar terhadap Rian. 

Pertemuan kami berakhir, dengan keheningan baru. Oh ya, juga pertanyaan baru. Sebenarnya, bagaimana seharusnya kami menjalani hidup? Seperti robot yang gagah dan selalu kenyang, atau seorang sufi yang mati kurus di tengah-tengah masyarakat? Tak ada yang tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline