Lihat ke Halaman Asli

Ridwan Sank

Ridwan Sank Hipnovator

Orang Sunda, Masih Ada?

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418856962330293979


"Seperti tamu di rumah sendiri" mungkin ini ungkapan pas yang saya alami di hari Rebo Nyunda siang tadi.
Ada kisah menarik saat saya pakai baju pangsi tadi di kota Bogor, mulai dari saya makan Laksa di jl. Sudirman sampai dengan saat jalan bertiga di sepanjang jl.Kapten Muslihat, hampir semua orang yang lewat terus menatap dan keheranan. Entah karena baju pangsi nya, entah karena dikira saya artis sinetron . Bahkan ada yang membuat saya tertawa sendiri, ketika saya coba baca pikiran diantara mereka, ada yang berbicara dalam hatinya " ini orang, paranormal kah?"
Ironis memang, walaupun Bogor adalah puseur Pajajaran, baru segelintir masyarakat Bogor yang memahami budaya Sunda, baik itu filosofi urang Sunda, simbol2 nya, maupun keseniannya, jadi bila ada masyarakat Bogor masih belum memiliki sense of belonging terhadap budaya Sunda, bukan lagi sesuatu yang harus ditutupi, karena itu memang fakta yang terjadi.

Bila saja ada survey yang dilakukan untuk warga Bogor hari ini, saya yakin hasilnya adalah, kurang dari separuh urang Bogor belum mengetahui adanya Rebo Nyunda di Bogor.
Maka jangan kaget bila sebagian urang Bogor masih merasa asing dengan segala hal yang berkaitan dengan budaya Sunda, contohya adalah baju pangsi yang biasa dipakai oleh kaum pria Sunda, tak jarang urang Sunda sendiri yang menganggap bahwa orang yang memakai baju pangsi adalah "dukun", dan ini jelas persepsi yang sangat salah.


Berdasarkan fakta yang ada, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk "ngamumule budaya Sunda" menanamkan kebanggaan terhadap budayanya sendiri.
Orang Sunda memiliki filosofi hidup silih asah, silih asih, silih asuh. filosofi ini, kalau ditafsirkan kepada teori Benjamin S. Bloom dalam bukunyaTaxonomy of Education of Objectives, Cognitive Domain (1959), dapat disejajarkan dengan ranah kognitif, afektif, dan konatif, sehingga filosofi ini sudah seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.


Inget urang Sunda teh masih aya, sok geura hararudang, sok nanjeur saluyu sareng widang profesina masing-masing !
Lamun lain urang, saha deui ?
Lamun lain ayeuna, iraha deui ?

JIG PRAK !

www.ridwansank.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline