Menulis adalah sebuah proses mentransformasikan estetika ke dalam sebuah catatan fiksi atau opini tentang realitas kehidupan. Intinya, tulisan yang tidak mengandung estetika tidak akan bernilai seni yang tinggi. Bahkan, ada yang secara ekstrim menyebut bahwa tulisan seperti itu adalah sampah. Lalu, bagaimana tulisan yang mengandung estetika ? Apakah tulisan yang membuat pembacanya terharu biru ? Ataukah yang membuat pembacanya tersenyum – senyum sendiri ?
Jawabannya sederhana. Semua tergantung anda. Jika anda ingin menulis untuk meraup dan bergelimang popularitas, anda harus banyak belajar dari penulis – penulis senior di kompasiana. Atau paling tidak, anda harus mengikuti diklat khusus penulis. Calon penulis semacam ini menganggap bahwa tulisan adalah harga diri sehingga memerlukan ekstra kehati – hatian untuk setiap kalimat yang ia tulis. Khawatir jika pembacanya tidak memberikan respon apa pun. Alhasil, anda baru akan menulis setelah anda lihai mempermainkan kata demi kata. Pertanyaannya, berapa tahun kemudian anda akan menulis ?
Berbeda jika anda memilih menulis untuk kemanfaatan. Calon penulis untuk tipe ini mencoba mengalir seperti air. Tidak membebani tulisan dengan estetika yang mengharu biru. Cukup menulis dengan muatan pesan – pesan moral atau tips yang pembaca bisa ingat dan mendapatkan manfaat darinya.
Saya teringat dengan tulisan sederhana di kompasiana, tulisan dengan kata - kata yang tidak beraturan. Tetapi mungkin karena tulisan tersebut dibuat dengan niat yang baik, orang bisa mendapatkan manfaat darinya termasuk saya. Alhasil, saya berhasil membuat akun kompasiana dan terverifikasi hanya dengan waktu kurang dari satu jam. Terima kasih penulis kompasiana.
Menulis tidak harus menunggu anda lihai. Jika anda tidak bisa menulis kalimat yang mengandung estetika, paling tidak tulisan anda punya etika. Pilih mana, menulis untuk popularitas, atau yang memberikan manfaat dengan cepat ? Semua tergantung anda. Selamat beraktivitas
Makassar, 10 April 2016
