Lihat ke Halaman Asli

Teori Merencanakan Kesusahan Untuk Membuat Kehidupan Menjadi Lebih Baik

Diperbarui: 19 Februari 2016   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada sekitar tahun 2012, saya membuat persyaratan yang tidak lazim ketika ada lembaga yang mengundang saya untuk melaksanakan Pelatihan Matematika. Persyaratan tersebut adalah jika pada pelatihan tersebut saya harus menginap, maka saya tidak mau diinapkan di hotel, tetapi saya minta diinapkan di rumah orang miskin.

Persyaratan ini adalah semacam pembuktian teori yang saya buat tentangMerencanakan Kesusahan. Akibat persyaratan tersebut akhirnya saya pernah mengalami menginap di rumah tukang sol sepatu, tukang becak, pemulung, tukang bangunan dan supir. Tidak jarang saya harus tidur di atas lantai hanya beralas tikar ketika menginap di rumah-rumah tersebut.

Sehingga di pagi harinya terkadang saya masuk angin. Kemudian siangnya melakukan pelatihan dalam kondisi kurang sehat kondisi itu terasa susahnya. Kesusahan berikutnya adalah masalah kamar mandi, tak jarang saya memutuskan tidak mandi setelah melihat kondisi kamar mandinya, sebab beberapa kali saya temukan kamar mandinya tidak mempunyai pintu. Banyak kesusahan lain yang tidak bisa saya ceritakan ketika melakukan pembuktian teori ini.

Manfaat yang saya rasakan ketika melakukan uji coba ini adalah, pertama saya menjadi lebih bersyukur karena menyadari kondisi kehidupan saya jauh lebih baik dari orang-orang di tempat saya menginap.  Kedua dana untuk jatah menginap saya di hotel, bisa diberikan panitia dalam bentuk bingkisan dan uang kepada pemilik rumah yang saya jadikan tempat menginap. Hal ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pemilik rumah.

Ketiga ketika berinteraksi dan ngobrol dengan pemilik rumah, saya mendapatkan pengetahuan baru tentang kehidupan yang sangat bermanfaat yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Terakhir manfaat yang menurut saya sebagai salah satu balasan dalam merencanakan dan menjalani kesusahan adalah saya diajak Umroh oleh seseorang dengan dibiayai oleh orang tersebut dengan fasilitas umroh kelas Bintang 5. Melaksanakan Umroh dengan dibiayai merupakan hal yang luar biasa karena keinginan untuk umroh sebelumnya tidak bisa dilaksanakan karena masalah dana. Bisa melaksanakan umroh gratis ini merupakan salah satu wujud pembuktian Teori Merencanakan Kesusahan.

Dasar Teori dan Pemikiran Merencanakan Kesusahan

Dasar Teori Merencanakan Kesusahan adalah pada Al Quran Surat Al-Insyirohayat 5-6 yaitu: “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Maknanya setelah kita mendapatkan kesulitan pasti akan mendapatkan kemudahan. Selain dalil ini saya pun mempunyai pemikiran bahwa hidup itu berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada kiri ada kanan, ada laki-laki ada perempuan, ada susah ada senang, ada hujan ada kemarau dan seterusnya.

Khusus untuk pasangan susah dan senang, saya berpikir kalau kita sedang menjalani kesusahan atau kesulitan maka setelahnya pasti akan menjalani kesenangan atau kemudahan. Oleh karena itu saya lebih suka merencanakan kesusahan dan menjalaninya terlebih dahulu karena setelah itu In Sya Allah akan mendapatkan kesenangan. Kesusahan atau kesulitan yang kita rencanakan harus dalam bingkai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Bagi orang-orang yang beragama Islam, yang mau bersusah-susah untuk bangun malam melaksanakan Sholat Tahajjud, bersusah-susah pergi ke masjid untuk sholat berjamaah, bersusah-susah pergi jauh untuk menuntut ilmu, bersusah-susah membantu fakir miskin, biasanya kehidupan di bidang ekonomi,  keluarga dan berbagai urusan yang lainnya banyak mengalami kemudahan. Hal ini merupakan bukti hidup itu berpasangan, ketika kita mengambil kesusahan dalam hal beribadah maka Allah mudahkan berbagai urusan kita dalam kehidupan dunia.

Ini adalahTeori Merencanakan Kesusahan, yang bisa juga  dikatakan sebagai Teori Keseimbangan atau Teori Bandul (Bandul yang bergerak dari kiri ke kanan atau dari susah ke senang). Kesusahan yang kita rencanakan dan kita jalani menurut saya akan menjadi pencegah kesulitan yang tidak terencana, karena kesusahannya sudah kita dapatkan terlebih dahulu dan Allah tidak akan memberikan manusia kesusahan atau beban di luar batas kemampuannya.

Kondisi masyarakat Indonesia di Tinjau dari Teori Merencanakan Kesusahan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline