Kerasnya hidup itu pelajaran kawan. Tak ada salahnya sesekali mengeluh namun jangan selamanya terpuruk dlm keluhan itu. Bangkit dan perlihatkan pada dunia bahwa kamu tak sekedar hidup untuk menyusahkan orang lain tapi lain daripada itu hidupmu untuk merubah paradigma kehidupan. Maaf kawan saya hanya mampu menyemangatimu lewat tulisan. Maaf pula tak mampu menyemangatimu dengan sepiring pizza, atau sepotong roti burger yang lumayan besar sebab kamu kenal saya hanya orang yang tak jelas sumber penghidupannya.
Taukah engkau kawan hidup ini tidak sekedar makan, tidur, atau menikmati serunya belanja di mall? Hidup ini fiktif namun sangat jelas bila kamu mampu mengarahkannya dengan baik. Lihatlah ke belakang dan resapi bagaimana keadaan ini membentuk kehidupanmu, pesakitanmu, keringat darahmu. Sekarang, masihkah kamu berdiri tegak dengan congkaknya, berusaha meyakinkan pada dunia bahwa kamu masih ada dan patut diperhitungkan? Lihatlah betapa tercerai berainya kehidupanmu. Air matamu telah kering oleh candaan kawan. Tengoklah ke belakang dan saksikanlah wajah keriput, dengan tatapan sayu menatapmu penuh harap. Air matanya jatuh membanjiri tempat peraduannya distiap sisi siang dan malam. Lihatlah wajah lusuh dan tulang belakang yang hampir membengkok kebelakang, mengais-ngais sisa2 reski orang lain..
Kelaparan, kehausan, dan hidup sebatang kara bukanlah wabah yang kan menggeroti sistem imunmu.Dialah multivitamin yang menjadikanmu nampak jelas pada pandanagan orang sombong yang terlanjur sejahtera. Hidup itu perjuangan kawan diawali saat kamu datang dan kembali untuk selama-lamanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H