Lihat ke Halaman Asli

Sajak Laut Air Mata

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_134171" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu keluarga korban dari tragedi tenggelamnya KMP Windu Karsa di Teluk Bone Kolaka, Sulawesi Tenggara."][/caption] Oleh: Ridwan Demmatadju Laut jadi kuburan Laut jadi air mata Laut menjadi bingkai dari akhir perjalanan ini dan bangkai kapal menjadi  nisan di antara batu karang menjadi pusara tak bernama di dasar tasik Pada sebuah kapal bernama KMP Windu Karsa melewati laut-Nya tengah malam di antara karang dan gelombang di Pulau Lambasina menjadi  rumah pembantaian jiwa-jiwa tak berdosa Satu, dua, tiga, lima, menjadi 24 pusara di laut bertabur duka lara Laut air mata mengalir pada jalan kota Kolaka Laut air mata menjadi televisi dan berita di koran Laut air mata berlalu sekejap mata Dari pelabuhan kematian itu….? berharap pada nasib buruk tak pernah tetapi tak pernah peduli dengan laut-Nya Dan ketika laut di Teluk Bone mulai menagih janjinya Pada tengah malam 27 Agustus 2011 di laut yang tenang itu Lautan air mata mengalir di tanah merah ini. Watuliandu, 09 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline