Lihat ke Halaman Asli

Mimpi Merubah Negeri Ibu Pertiwi

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini bermula dari sebuah kisah nyata tentang seorang anak berusia 9 tahun yang hidup dalam keadaan miskin yang ingin merubah negeri ini dengan pendidikan yang dia punya, namun apalah daya yang bisa harapkan dari sebuah pendidikannya yang putus sekolah dan hanya mencapai sekolah dasar sebagai anak yang seharusnya menikmati masa bermain dengan anak-anak sebayanya tersebut kini membanting tulang demi membantu kehidupan keluarganya dengan menjajakan semir sepatu ,namun didalam lubuk hati kecilnya terdapat impian besar yang tidak semua anak se-usia dia miliki, ketika ditanya oleh seorang penjajak sepatu apa cita-cita kamu nak dan ingin menjadi apa kmu ketika kamu besar nanti ?? anak itu menjawab dengan tulus dari lubuk hatinya ingin menjadi seorang yang dapat merubah negeri ini seperti ibu pertiwi Namun ucapannya dari orang yang didengar hanyalah sebuah angin belaka bagai kemustahilan hidup seorang anak jalanan yang hidup dalam keadaan miskin.

Namun semangat dan pantang menyerah tidak menyurutkan niat seorang anak kecil itu untuk menyerah dan mundur mendapatkan harapan dan cita-cita yang besar , sedikit demi sedikit uang hasil kerjanya dia tabungkan dan beri kepada sang ibu, yang selama ini telah berjuang membesarkan dan menyekolahkanya walau dengan keadaan yang serba kurang semenjak ditinggal sang ayah meniggal karena sakit. namun hal tersebut tidak menyurutkan ibu sang anak tersebut menyerah membesarkan putrinya untuk menjadi apa yang putrinya harapkan, walau kadang ada rasa haru dan sedih karena melihat anaknya membanting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya keinginnan tersebut bukanlah kehendak orang tuanya melainkan kemauan anaknya yang merasa kasihan dengan keadaan orang tuanya . sekolahnya pun kini putus karena tidak ada biaya untuk meneruskan pendidikanya dan lebih memilih mengisi kekosongan tersebut dengan mencari segenggam uang dari hasil menjajakan semir sepatunya ketimbang bermain dengan teman sebayanya, sungguh tragis ketika semua ini terjadi kepada sebagian besar semua anak-anak indonesia mau jadi apa negeri ini nantinya jika impian harapan bangsa yang diharapkan dari anak-anak bangsa ini habis hanya karena putusnya sekolah dan kemisikinan yang melanda sebagian besar penduduk indonesia dan anak-anak dinegeri ini .

Ketika seoranag anak yang mempunyai impian dan sebuah harapan besar dari lubuk hatinya dengan berharap dari sebuah pendidikan untuk merubah negeri , namun dengan masalah yang melandanya menjadikan negeri ini terasa hina dimana rasa keadilan dan kemanusian dinegeri pertiwi ini yang hanya diam melihat gejala maupun fenomena seorang anak yang hidup dengan penuh perjuangan demi keluarga dan masa depanya. Apakah masih ada harapan dari sebuah pendidikan untuk mereka yang hidup dalam keadaan serba kekurangan sebenernya ini menjadi pelajaran buat kita semua yang masih bisa mengenyam sebuah pendidikan yang tinggi namun masih mengeluh bahwasanya masih banyak anak-anak dinegeri ini yang belum bisa mengenyam dunia pendidikan dengan baik.

Negeri ini harus banyak belajar dari banyak tokoh seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang mana mereka bisa membawa martabat bangsa sebagai negeri yang mempunyai banyak mimpi serta harapan yang besar, ada sebuah pepatah yang menyatakan ''Bahwasanya dalam keadaan kekurangan dalam kondisi yang kita alami semua itu bukanlah menjadi sebuah kendala''maka dari itu masih banyak kesemptan dan harapan bagi diri kita untuk berharap dan bermimpi untuk merubah negeri maupun dunia agar menjadi lebih baik lagi karena semua itu didapat karena adanya kemauan serta niat yang besar yang kita miliki ,dan jangan pernah mengeluh terhadap hidup mu karena sebagian apa yang kamu miliki didunia ini adalah seuatu yang harus dicapai dengan usaha dan kerja keras, maka lakukanlah pekerjaan mu dalam satu waktu dan jadikanlah pekerjaan mu seolah-olaah kamu terpaku pada pekerjaan tersebut sebagai tujuan mencapai keberhasilan.

Seperti halnya kisah seorang anak berumur 9 tahun diatas yang mempunyai harapan dan mimpi dalam dirinya yang tulus walau kemiskinan memutus pendidikanya namun tak memnyurutkan mimpinya untuk mengubah negeri ibu pertiwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline