Pada tahun 1987, musisi legendaris Indonesia,$ Iwan Fals$ , merilis sebuah lagu yang hingga kini tetap relevan dalam konteks sosial dan politik Indonesia. Lagu berjudul "Wakil Rakyat" ini menjadi salah satu karya yang paling dikenal dari albumnya dengan nama yang sama. Dengan lirik yang tajam dan penuh kritik, lagu ini menyuarakan kekecewaan dan harapan rakyat terhadap para wakil mereka di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Latar Belakang Sosial dan Konteks
Di era 1980-an, Indonesia sedang berada dalam masa penuh gejolak politik dan sosial. Banyak masyarakat merasa tidak puas dengan kinerja wakil rakyat yang dianggap lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok daripada kepentingan rakyat. Lagu "Wakil Rakyat" hadir sebagai representasi kritik sosial terhadap perilaku para anggota DPR yang dianggap gagal menjalankan tugasnya dengan baik.
Analisis Lirik
Bait Pertama dan Kedua:
Lirik awal lagu ini langsung menohok dengan menyebutkan "duduk sambil diskusi" dan "biasa bersafari" yang menggambarkan kesan formalitas tanpa tindakan nyata. Iwan Fals mengkritik bahwa DPR seharusnya diisi oleh orang-orang yang kompeten, bukan hanya kerabat atau teman dekat.
Bait Ketiga dan Keempat:
Pada bagian ini, Iwan Fals menyoroti harapan rakyat agar suara mereka didengar dan disampaikan dengan berani oleh para wakil rakyat. Dia mengajak para anggota DPR untuk tidak takut dan berbicara lantang menghadapi tantangan.
Bait Kelima dan Keenam:
Dengan menyebutkan "Di kantong safarimu kami titipkan masa depan kami dan negeri ini," Iwan Fals menekankan tanggung jawab besar yang diemban oleh para wakil rakyat. Mereka dipilih bukan secara acak dan diharapkan dapat mewakili seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kritik juga ditujukan kepada mereka yang pasif dan hanya menjadi "juara" dalam hal setuju tanpa kontribusi nyata.
Bait Ketujuh: