Geliat Sineas Muda di Indonesia sedang menemukan gairahnya kembali. Kita semua tentu tahu sejak kemarin sedang diputar film ‘Istirahatlah Kata-Kata’, sebuahfilm yang menceritakan kisah hidup dan perjuangan Wiji Thukul, Aktivis yang ‘hilang’ saat tragedi Mei 1998 meletus. Film seperti ini bagus dan layak ditonton oleh generasi muda sebagai bentuk pembelajaran dan bahan refleksi terhadap fenomena dan peristiwa sejarah yang ada di Indonesia.
Pertanyaannya, apakah film-film lokal yang bagus seperti ini dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat? Jawabannya mungkin belum karena kendala biaya, film ini hanya diputar di bioskop-bioskop mainstream yang harga tiketnya terbilang mahal bagi kalangan tertentu. Sangatlah disayangkan apabila tidak semua kalangan masyarakat bisa mendapatkan akses dan kesempatan untuk menikmati film-film lokal berkualitas hanya karena masalah dana.
Ketimpangan inilah yang sudah dipetakan dan coba dihilangkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok). Ahok mencanangkan salah satu bagian dari program revitalisasi pasar tradisional, membangun bioskop di pasar-pasar tradisional. Bioskop ini akan dibangun dengan harga tiket yang ‘merakyat’, hanya 10 ribu rupiah. Bandingkan dengan harga-harga pada bioskop pasaran yang bisa mencapai 50 ribuan harga tiketnya. Bioskop ini akan fokus pada penayangan film-film lokal agar waktu dan peredaran tayangnya lebih lama.
"Kalau nonton di XXI kan mahal bisa Rp 25 ribu. Itu mahal. Makanya nanti saya suruh PD Pasar Jaya buat bioskop-bioskop kecil di dalam pasar, Supaya nanti film-film kita bisa beredar lebih lama," ujar Ahok.
Ahok juga akan memberikan lapak berjualan bagi para PKL di sekitar pelataran bioskop pasar untuk menarik minat pengunjung. Bioskop ini dirancang memiliki kapasitas hingga 50 orang dan akan dikelola dengan bekerja sama dengan PD Pasar Jaya.
Selain itu, Ahok pun akan menggelontorkan dana bagi para sineas-sineas muda agar memiliki modal yang cukup untuk menciptakan film berkualitas. Modal ini disasarkan pada mahasiswa atau komunitas film yang hendak menciptakan film pendek atau film Indie. Tidak tanggung-tanggung, Pemprov DKI akan menyiapkan dana hingga 50 juta bagi pembuatan film tersebut.
"Jakarta saya harapkan jadi pusat perfilman. Orang juga kalau mau bikin film di Jakarta akan kita permudah, Untuk komunitas-komunitas film pendek, film indie, dan mahasiswa-mahasiswa akan kita beri modal Rp 50 juta untuk bikin film.” tutur Ahok.
Film-film lokal berkualitas tersebut akan di screening pada bioskop-bioskop pasar sehingga semua kalangan bisa menikmati karya anak bangsa. Semoga kebijakan dan kemudahan ini dapat meningkatkan kualitas perfilman Jakarta (semoga Indonesia juga) agar tidak lagi bercerita seputar hantu-hantuan, belahan dada dan kekerasan yang menurut saya kurang edukatif bagi generasi muda saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H