Lihat ke Halaman Asli

Yuk Beralih ke BBG

Diperbarui: 5 Januari 2017   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Besar seperti Jakarta pasti punya masalah sama polusi, polutan dan semacamnya. Penyebabnya jelas, mulai asap pabrik, asap kenderaan, limbah-limbah pabrik dan rumah tangga hingga asap rokok. Polutan paling signifikan jelas berasal dari asap kenderaan bermotor. Jutaan kenderaan bermotor melewati ruas-ruas jalan di seantero Jakarta tiap harinya. Asap paling berbahaya ditimbulkan dari kenderaan-kenderaan diesel berukuran besar, seperti Bus dan Truk.

Bus dan Truk memiliki timbal asap yang sangat pekat dan mengotori udara jalanan tiap harinya. Masalahnya, Bus dan Truk sangat vital perannya dalam urusan moda transportasi dan distribusi bahan-bahan pokok dalam skala masif. Untuk mengatasinya, sudah ada beberapa program dilancarkan oleh Pemprov DKI, yaitu menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) dan menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dicampur dengan Minyak Jelantah.

Kali ini kita fokus pada regulasi Gubernur non-aktif DKI Basuki Tjahja Purnama atau Ahok tentang penggunaan BBG pada truk-truk sampah dan mobil-mobil dinas Pejabat Pemprov DKI. Alasan Ahok jelas, untuk mengurangi emisi Karbon Dioksida karena kadar CO2 dalam BBG lebih rendah daripada BBM dan BBG terbukti lebih irit dan efisien pembakarannya. Tak hanya itu, BBG lebih aman penggunaannya karena tangki yang tidak mudah bocor dan cadangan Gas alam di Indonesia sangat melimpah.

Efisiensi dan melimpahnya persediaan membuat Ahok yakin bahwa BBG merupakan solusi mengurangi polusi di Jakarta. "BBG made in indonesia melimpah di tanah air. Kami mau pakai produk bangsa. Cadangan alam kita itu paling banyak adalah gas. Itu yang kita mau dorong," kata Ahok

Sosialiasi dan pengaplikasiannya pun didukung penuh oleh Wakil Gubernur non-aktif Djarot Saiful Hidayat. Beliau mengatakan pentingnya penggunaan BBG sebagai alternatif dan inovasi baru dalam bidang Transportasi. Djarot bahkan sudah menggunakan BBG pada mobil pribadinya dan ia mengaku puas. “Saya pakai bahan bakar gas untuk kendaraan pribadi, sudah sekitar 4 bulan,” ujar Djarot

Lebih lanjut, Djarot mengatakan pentingya peran Pertamina dalam menambah Satasiun Pengisian BBG dan menjamin keseimbangan stok BBM dan BBG agar kebutuhan transportasi di Jakarta dapat terpenuhi. "Hal terpenting juga PT Pertamina harus mengamankan pasokan BBM dan gas. Agar tidak sampai kekurangan. “Jakarta memang saat ini tidak lagi hanya menggantungkan pada BBM jenis solar, pertamax atau premium. Namun juga harus menyiapkan gas sebagai bahan bakar alternatif. Sehingga warga mempunyai banyak pilihan," ujar Djarot.

Pemaparan diatas membuktikan efektifitas dan efisiensi BBG yang harus kita sadari bersama sebagai sebuah bentuk kemajuan dan terobosan yang disosialisasikan Pemprov DKI. Semakin banyak di antara kita yang menggunakan BBG, akan semakin cerah dan biru langit Jakarta karena terbebas dari Polusi yang dihasilkan kendaaran bermotor tiap harinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline