[caption caption="Karikatur Akar Penyebab Radikalisme di Indonesia (Sumber: Jemberpost.com)"][/caption]Pasca aksi terorisme di Indonesia yang selalu dikaitkan dengan Islam, lembaga seperti Pesantren, Rohani Islam (Rohis) dan Madrasah sering mendapat fitnah sebagai tempai penyemaian ide-ide radikalisme oleh kelompok-kelompok tertentu.
Tuduhan itu tidak sepatutnya dialamatkan kepada lembaga Pesantren, Madrasah dan Rohis. Sebaliknya lembaga-lembaga tersebut bisa manjadi sarana untuk memberikan pencerahan kepada generasi muda agar tidak terpengaruh paham-paham radikal.
Jika mengkaji anatomi radikalisme di Indonesia yang melandasi berbagai aksi terorisme memang cukup rumit. Selama ini kita selalu menganalisa akar radikalisme di Indonesia pada dimensi-dimensi transnasional. Terorisme kontemporer dilihat semata-mata hasil penyebaran ideologi global, padahal ada juga faktor-faktor dimensi lokal.
Transformasi ide-ide neo-fundamentalisme di Indonesia bukan faktor penentu tumbuhnya radikalisme di Indonesia. Ada faktor yang lebih penting dalam memahami perkembangan ancaman terorisme di Indonesia, seperti dengan melihat apa yang terjadi di negeri ini dari dinamika relasi Muslim-Kristen, kekerasan bermotif sekretarian seperti kasus Ahmadiyah dan Syiah, hubungan antara Islamisme dan negara, sampai isu kesejahteraan dan pendidikan Ummat Islam yang masih tertinggal jauh di Indonesia.
Apa itu Islamisme?
Menurut Olivier Roy dalam Globalised Islam : The Search for New Umma, Islamisme secara tradisional didefinisikan sebagai Islam yang dipahami secara Ideologi. Islamisme tidak hanya menyiratkan penerapan agama dalam politik semata. Kelompok Islamis memperluas ide tradisional Islam sebagai agama yang mencakup segala dimensi pada masyarakat modern.
Dalam prakteknya, di Indonesia penyemaian ide-ide Islamisme dilaksanakan melalui saluran politik seperti Partai Islam yang berjuang di parlemen, serta Ormas Islam sebagai bagian civil society seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU). Namun, ada juga yang menggunakan cara-cara radikal dengan menggunakan kekerasan.
Kita bahas satu-persatu, saluran-saluran apa saja yang menjadi media tranformasi ide-ide Islamisme baik yang moderat maupun radikal di Indonesia.
1. Gerakan Sosial
Secara historis, vektor-vektor utama transmisi pemikiran Timur-Tengah ke Asia Tenggara khususnya Indonesia adalah melalui gerakan sosial.
Para ulama dan pedagang Arab selama delapan abad menyebarkan pengetahuan Islam dan berdakwah kepada kalangan non-Muslim. Bahkan pada abad 19, ribuan orang Arab Yaman dari lembah Handramaut menetap di Indonesia, memapankan diri sebagai guru, ulama dan pedagang.