Bunyi /Ny-/ Gejala berbahasa di media semakin ‘liar’. Artinya, Bahasa Indonesia digunakan tidak pada tempatnya walaupun tujuannya untuk menarik pemirsanya. Namun, kaidah-kaidah berbahasa yang benar tidak diterapkan. Untuk membuat suatu judul atau tulisan agar menarik perhatian, tidak perlu ‘merusak’ bahasanya. Ada beberapa trik untuk merumuskan bahasa dalam jurnalisme. Buktinya, beberapa kali saya pernah abadikan gejala penggunaan alomorf Ny- lewat ponsel pribadi,. 1.“Artis Nyapres” sumber: ponsel pribadi 2.“Nazar Nyoblos di Rutan”
sumber: ponsel pribai 3.“Akhirnya Nyalon jadi Bupati”. Jika ‘dipreteli’, kata ‘Nyapres’ berasal dari kata ‘Capres’ dan dipanjangkan menjadi ‘Calon Presiden’. Artinya, seseorang mulai mengajukan diri jadi Capres. Namun, apakah fungsi alomorf itu? Dalam KBBI IV 2008, alomorf ialah anggota morfem yang sama yang variasai bentuknya disebabkan pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Kata kuncinya ialah variasi bentuk bunyi dari prefiks (awalan). Contohnya, prefiks me- memiliki beberapa alomorf seperti men-, meng-, meny dan menge-. Nah, apakah kata ‘Nyapres’ berasal dari ‘Menyapres’? atau bisakah berdiri sendiri ‘Nyapres’? bisakah berdiri sendiri seperti kata ‘Nyapu’, ‘Nyiram’, ‘Nyuci’? sungguh keliru. ‘Nyoblos’ berasal dari kata ‘Coblos’. ‘Nyoblos’ berarti seseorang melakukan coblosan berupa menusuk kertas dengan alat. Jika ditambah prefiks, akan menjadi ‘mencoblos’ bukan ‘nyoblos’. Kata ‘Nyalon’ memiliki dua makna yakni mencalonkan diri atau kegiatan pergi ke salon. Parahnya, tidak bisa kata ‘calon’ menjadi ‘nyalon’ melainkan ‘mencalonkan’. Apakah gejala bunyi –Ny ini menunjukkan kemalasan orang Indonesia khususnya media dalam berbahasa yang benar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H