Lihat ke Halaman Asli

Rido Nugroho

Public Policy and ESG Enthusiast

Kekerasan Simbolik dalam Setiap Aksi Terorisme

Diperbarui: 2 April 2021   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

solopos.com

Sungguh terorisme tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun dan memaksakan keyakinan yang diyakini kepada orang lain bukanlah ajaran islam.

Apa yang ditampilkan kepada kita setiap ada pemberitaan terorisme ? saya yang beragama islam juga melihat itu, para teroris itu berjenggot, celananya cingkrang, jilbabnya panjang.

Selain tampilan fisik, ditampilkan pula kepada kita surat wasiat perjuangan atas nama jihad, buku-buku keagamaan bertema jihad dan berbagai simbol lain yang menunjukan si pelaku terorisme adalah orang yang taat beragama.

Salahkah media memberitakan fakta ? tentunya tugas media adalah menginformasikan fakta, namun ketika fakta tersebut diamplifikasi secara berlebihan akan membentuk opini bahwa ajaran islam penuh kekerasan dan melahirkan bibit terorisme.

Dalam suatu pemberitaan cara berpakaian, berbagai atribut dan background si pelaku terorisme seperti surat wasiat, buku bacaan, pasangan suami-isteri, wanita, usia muda adalah hal-hal yang lebih mudah viral dan cepat ditangkap pesannya oleh masyarakat.

Padahal sekian banyak ajaran dalam islam yang melarang terorisme, namun informasi ini cenderung dianggap informasi biasa dan kurang memiliki magnitude (daya Tarik) pemberitaan untuk diangkat..

Kondisi ini membuat simbol-simbol keislaman selalu dikaitkan dengan teroris, bahkan di negara mayoritas islam seperti Indonesia. Saya menganggap hal ini adalah kekerasan simbolik yang mengkin secara sengaja atau tidak sengaja diciptakan. Terlepas sengaja atau tidak, namun hasil dari kekerasan simbolik ini adalah islamophobia (ketakutan terhadap islam).

Orang - orang yang menggunakan atribut keislaman seperti jenggot, celana cingkrang, jilbab panjang atau bahkan cadar dianggap sebagai kelompok masyarakat intoleran yang berpotensi membawa bibit terorisme. Bahkan adapula orang islam yang meyakini hal tersebut dan menjadikan pembenaran untuk misalnya meninggalkan kewajiban menutup aurat.

Wahai kalian para teroris yang mengaku perbuatan kalian adalah jihad, sungguh kalian tidak hanya menyebabkan korban fisik akibat ledakan yang kalian buat. Tapi kalian juga menyisakan "luka non fisik" bagi seluruh umat islam yang berupa stigma negatif tentang ajaran islam dan simbol keislamannya.

Padahal islam sangat menghargai nyawa seorang manusia, bahkan mengibaratkan membunuh seseorang manusia tanpa alasan dosanya setara membunuh seluruh manusia dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang sama memeliahara kehidupan seluruh umat manusia.

Sayangnya porsi pemberitaan tentang temuan bahwa pelaku terorisme selalu kental dengan simbol keislaman lebih besar dibandingkan fakta bahwa ajaran islam melarang aksi terorisme. Kondisi tidak proporsional ini cendrung menjadi bentuk kekerasan simbolik yang menciptakan pembentukan opini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline