megapolitan.kompas.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama telah menjatuhkan pilihannya siapa yang menjadi wakil gubernurnya. Dan ternyata diluar perkiraan banyak orang. Ahok telah memilih Deputi Gubernur bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Sarwo Handayani sebagai Wakil Gubernur DKI pendampingnya.
Sarwo Handayani diperkenalkan pertama kali oleh Ahok seusai presiden terpilih Joko Widodo keluar dari ruang kerja Basuki untuk melanjutkan berpamitan dengan pegawai Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di lantai 20, Balaikota Jakarta. "Perkenalkan, ini wakil gubernur kita yang baru," kata Basuki sambil merenggangkan tangan kanannya, Jumat (kompas, 17/10/2014).
Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Sarwo Handayani atau yang akrab disapa Yani saat ditemui di ruang kerjanya di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2014). Yani masuk dalam bursa calon wakil gubernur yang bakal mendampingi Gubernur DKI Jakarta nantinya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok menjagokan Sarwo Handayani karena sosoknya yang pekerja keras dan mengabdikan hidupnya untuk DKI Jakarta. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha (tribunnews.com).
Ahok merasa chemistry dengan sosok Sarwo Handayani atau biasa disebut Yani. Yani dianggap sebagai tipe pejabat DKI yang pekerja keras. Keberhasilan Yani dalam mengelola alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI mendapatkan nilai lebih, selain itu dia juga terampil dalam pengelolaan semua bidang yang ada, seperti kesejahteraan masyarakat, lingkungan, transportasi, kesehatan, dan pendidikan.
Jadi setelah menentukan pilihannya, Ahok tidak memerlukan lagi sosok dua pentolan partai, yakni Boy Sadikin dari PDIP, dan M. Taufik dari Gerindra. Ahok menilai kedua calonnya tidak memiliki kapasitas sebagai wakilnya, dan bahkan diperkirakan bakal menjadi sandungan buat dirinya.
Bila sampai terpilihnya Yani, artinya Ahok adalah orang pertama di Indonesia, sebagai pimpinan yang keluar dari pakem demokrasi. Baik PDIP dan Gerindra yang sebelumnya berharap masing-masing kadernya dapat dipilih oleh Ahok harus gigit jari. Dampak dari keluarnya pakem Ahok dari kultur demokrasi akan makin menguatkan pertentangan di kubu pemerintah DKI. Selamat bertarung Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H