Lihat ke Halaman Asli

Dean Ridone

Saya Hanya orang Biasa

Amuk SBY kepada Jokowi

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan empat mata membahas proses transisi kepemimpinan, di Laguna Resort and Spa, Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8) malam. (foto: abror/presidenri.go.id)

Amuk identik dengan kata-kata kasar, dada berguncang, naik turun, tak lupa diiringi tindakan aksi kasar. itu identitas secara umum atau pandangan orang awam. Bagi pejabat atau yang pernah menduduki jabatan, seperti SBY, misalnya Amuk tak selalu ditunjukan seperti ciri-ciri identitas yang berlaku umum. Amuk yang dimaksud adalah kata-kata biasa yang kelihatannya biasa, tetapi kalau diucapkan dengan nada tinggi dan menunjukan sifat menyerang akan menjadi luar biasa. Apalagi SBY dikenal sebagai pemimpin yang pandai berkamuflase, karena kepandaiannya mengolah kata berdasarkan pada situasi.

Amuk SBY kali ini ditujukan kepada publik, terutama para menteri Jokowi, perihalnya gejolak ekonomi akibat jatuhnya nilai rupiah belakangan ini. SBY merasa komentar publik, tak terkecuali para menteri Jokowi cenderung menyudutkan dirinya, atau biasa disebut kambing hitam. SBY dianggap sebagai cikal bakal sumber terjadinya gejolak ekonomi, dengan bahasa lain dapat dikatakan bahwa pemerintah Jokowi harus menanggung beban ekonomi dari buah kebijakan SBY.

"Seorang pejabat pemerintah jg menuding bhw semua ini akibat kebijakan pemerintahan SBY yg salah," kata SBY dalam akun Twitter-nya @SBYudhoyono.

"Memang yg paling mudah adalah mencari "kambing hitam", atau harus ada pihak yg disalahkan, terutama terkait jatuhnya rupiah kita," tambah SBY.

Tentang siapa menteri Jokowi yang menuduh SBY sebagai kambing hitam, sudah dapat ditebak. Siapa lagi kalau bukan menteri yang mengurusi bidang perekonomian. Tak perlu disebut nama menterinya, namun yang jelas dengan adanya amuk SBY telah menunjukan aroma hubungan antara SBY dan Jokowi meletup kembali. Bisa saja, sang menteri melontarkan kritik atas pendapat pribadinya, akan tetapi jika saja Jokowi tahu dan tidak menjewer telinga si menteri, artinya  Jokowi mengamini pendapat si menteri tersebut.

Bila saja benar bahwa  Jokowi membiarkan pembantunya berkata lancang yang membuat SBY bangun dari tidurnya, sangat masuk akal dijadikan alasan oleh Jokowi bahwa apa yang terjadi dengan pemerintahan sekarang tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan sebelumnya. Dengan demikian, pada akhirnya Jokowi menjadikan pendapat menterinya sebagai pembenaran dari pendapat pemerintah. Pada akhirnya akan menjadi cara terbaik dari Jokowi untuk ngeles dari kemungkinan tuduhan pihak-pihak lain.

Boleh-boleh saja Jokowi melakukan pembenaran, karena toh dalam hukum berdemokrasi dibolehkan. Akan tetapi pembenaran tersebut, tentu saja akan mendapat penolakan dari SBY itu sendiri. Strategi SBY untuk melawan asas  pembenaran yang bersifat tuduhan dari kubu Jokowi dengan cara mengajak para menterinya dulu, dari kabinet I dan II untuk merapatkan barisan untuk melawan dengan cara bersabar tidak terpancing melontarkan tudingan.

Dari tuduhan menteri Jokowi, SBY menyerap pelajaran penting bahwa dalam hal menyelesaikan suatu masalah akan berhasil tanpa harus menyalahkan orang lain. Pernyataanya tersebut tanpa menghilangkan jasa para menteri, gubernur, ekonom, pebisnis, dan pihak lain dalam mengatasi persoalan ekonomi. SBY memang dikenal sebagai Presiden yang begitu dihormati. Satu-satunya pejabat yang tidak menghormati keputusanya adalah Jokowi itu sendiri. Ketika ada rencana kenaikan BBM di era SBY, Jokowi yang saat itu walikota Solo, merupakan satu-satunya pejabat yang menolak kenaikan BBM.

"Termasuk kebersamaan kita, siang & malam mengatasi gejolak minyak dunia th 2005 & 2008 & mengatasi krisis global th 2008 & 2009," kata SBY.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline