Lihat ke Halaman Asli

Ridhwan EY Kulainiy

Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Koffie Drinken 8: Sosialisme dalam Islam

Diperbarui: 19 Juli 2020   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

H. Agus Salim - Sumber : tirto.id

Kira-kira pada pertengahan Februari 1920 pengurus JSB datang ke kediaman H. Agus Salim. Waktu mereka sampai pada waktu yang sudah ditentukan, sudah hadir juga beberapa pemuda lainnya. H. Agus Salim menunjukkan sikap yang sangat beradab, sebelum Hatta dan yang lainnya mengucapkan salam. H. Agus Salim sudah lebih dahulu berdiri dan menyalami pemuda-pemuda penerus bangsa yang datang itu. Saat itu, H. Agus Salim baru berusia 30 tahun dan sudah mulai aktif dalam gerakan Sarikat Islam dan Sarikat Sekerja.

Perbincangan di mulai dengan menanyai kondisi dan berlanjut memperkenalkan Hatta kepada H. Agus Salim, beliau banyak menanyakan mengenai pendidikan Hatta dan mengenai buku-buku yang dipelajari di PHS. Para pemuda itu lebih banyak mendengarkan apa-apa yang dijabarkan dan diceritakan oleh H. Agus Salim yang merupakan senior di kalangan kaum pergerakandan perkumpulan. H. Agus Salim nampak memuji sosok Hatta yang secara pengetahuan dan wawasan saat itu, sudah berada jauh diatas anak sekelasnya dalam bidang perdagangan dan ekonomi. 

Ia juga memuji sifat rajin membaca yang ada pada diri Hatta, sebab menurutnya banyak membaca adalah jalan yang baik untuk menambah pengetahuan dan mengasah kecerdasan. Di luar sekolah tidak sedikit pelajaran yang dapat diperoleh jadia pembantu penyambung yang dipelajari di sekolah.

Perbincangan menarik terjadi di antara H. Agus Salim, Amir, Bahder Djohan dan Hatta. Terutama membahas mengenai masyarakat dan perekonomian. Berkisar pada tema mengenai sosialisme dan kapitalis dalam gerakan dunia. Amir melontarkan sebuah pertanyaan terkait cara menyesuaikan kapitalisme dengan Islam dan juga sosialisme yang didirikan oleh Karl Marx yang bersifat materialisme, dan anti-Tuhan. H. Agus Salim dikutip dari buku "Haji Agus Salim (1884-1954): tentang Perang, Jihad, dan Pluralisme" halaman 9-10 menjabarkan;

"Nabi Muhammad. SAW diutus oleh Tuhan mengembangkan Islam di atas dunia ini sudah 12 abad lebih dahulu dari Marx mengajarkan sosialisme. Perkataan (istilah) sosialisme baru dikenal abad ke-19. Sosialisme Marx anti-Tuhan. 

Tetapi, tujuan yang hendak dicapai masyarakat yang berdasarkan sama rasa sama rata yang bebas dari kemiskinan, sudah lebih dahulu dibentangkan di dalam Islam, agama Allah yang disampaikan Nabi Muahmmad kepada umat manusia. 

Sayangnya, ulama-ulama kita hanya mengutamakan segi ibadat dan fikih, dan melupakan segi kemasyarakatan itu dari pada Islam. Mengerjakan segi kemasyarakatan itu ialah juga perintah Allah dalam al-Quran. 

Dari ulama-ulama kita didikan langgar yang pengetahuannya berat sebelah, tidak dapat diharapkan bahwa mereka akan sanggup menelaah segi kemasyarakatan itu dalam Islam."

Pemahaman sosialisme Islam yang didapatkan H. Agus Salim didapatkannya pertama kali dari guru ekonominya di GBS Salemba, seorang sosial-demokrat. Pada saat Salim pergi ke Jeddah tahun 1906, ia telah mempunyai keyakinan sosialisme. Islam yang dipelajarinya di sana agak mendalam memperkuat keyakinannya kepada sosialisme.

Islam adalah sosialisme yang diperintahkan oleh Allah. Penjabaran H. Agus Salim mengenai sosialisme, melekat kuat dalam pandangan ketiga pemuda itu. Terutama Hatta yang pada masa itu sudah sangat tertarik dan mengetahui banyak mengenai dunia ekonomi serta paham-paham ekonomi di dunia lewat buku-buku yang ia baca maupun lewat apa yang dipelajarinya di PHS.

Abdul Muis - Sumber : Tribunnews.com

Baru pada pertengahan Maret 1920 Amir, Bahder Djohan dan Hatta dapat bertemu dengan Abdul Muis. Perbincangan Abdul Muis dengan pengurus JSB berkisar pada pembentukan pemerintahan sendiri bagi Hindia-Belanda, ia menunjukkan ketidak-percayaan besar terhadap jani-janji kolonial Belanda sebagaimana mereka telah melanggar janji 18 November 1918. Abdul Muis juga berharap bahwa JSB kelak sanggup menyediakan tenaga muda bagi pergerakan kebangsaan menuju home rule dan kemajuan tanah air.

Beberapa minggu setelah itu pengurus JSB mengunjungi St. Muhammad Zain. Ia mengharapkan kedatangan JSB di waktu libur Paskah. Ia mengungkapkan beberapa rencananya untuk mendirikan suatu Pergerakan Sarikat Sumatera di Betawi. Selain itu perbincangan mereka berkisar pada adat istiadat orang Minangkabau.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline