Seorang Calon Dokter berbincang denganku soal kebijakan di naikkannya harga sebungkus rokok per September 2016 lalu, menjadi Rp. 50.000,-/bungkus. Dia menjabarkan alasan dan juga keputusan Pemerintah hingga akhirnya terlaksanalah kebijakan yang sudah dirancang Undang-undangnya dari sangat lama sekali. Faktor Utamanya adalah menekan jumlah masyarakat Indonesia yang meninggal akibat penyakit berbahaya yang disebabkan karena mengkonsumsi rokok.
Menariknya, ada seorang Filsuf Muslim ternama bernama Ali Syari'ati. Dahulu saat masih hidup ia yang seorang perokok di wawancarai oleh reporter stasiun televisi di negerinya.
"Doktor! Kenapa anda merokok..? Bukankah merokok dapat memperpendek usia seseorang....?" tanya Reporter itu dengan sangat antusias.
"Usia itu yang terpenting bukan panjangnya, tapi lebarnya." sahut Sang Doktor itu dengan nada santai.
Setiap orang akan mati pada waktunya, cepat atau lambat itu adalah hal yang pasti tanpa terkecuali. Usia seribu tahun takkan berarti jika hanya dihabiskan untuk hal yang sia-sia, bahkan seseorang yang beribadah berpuluh-puluh tahun pun takkan mendapatkan apa-apa dari ibadahnya. Jika ia tidak menerapkan makna dan hasil dari peribadatannya ke dalam kehidupan sosial (kehidupan dunia). Hidup satu hari saja, akan sangat berarti jika di penuhi dengan sesuatu hal yang bermanfaat bagi seluruh makhkuk hidup terutama manusia selain dirimu.
Semua hal adalah kepastian. Hanya seringkali fikiran kitalah yang terlalu sempit hingga memenjarakan diri kita sendiri di dalam batasan-batasan yang dengan sengaja kita buat sendiri. Cara berfikir yang Benar, maka akan menghasilkan sebuah hasil pemikiran yang Benar pula. Cara berfikir yang benar tersebut, disebut dengan istilah "Kesadaran Diri".
Ketika seseorang hidup, tanpa kesadaran diri untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi oranglain maka ia seolah-olah tengah tersesat di dalam kehidupan ini dan mencari-cari kemana jalan yang harus ia tempuh untuk sampai pada sesuatu yang Hakiki dalam kehidupan ini. Ia merasa bahwa yang ia jalani adalah sebuah hal yang baik (umur panjang) namun dibalik itu ia tidak sadar mengenai seberapa bermanfaatnya usia panjang itu bagi dirinya sendiri ataupun bagi oranglain disekitarnya.
Namun ketika ia memiliki kesadaran diri mengenai usianya. Maka dalam sehari saja, ia akan melakukan suatu hal yang bermanfaat bagi diri serta sekitarnya. Bahkan selama sehari itu ia akan merasakan tidak cukup memberikan satu manfaat, hingga ia memberikan satu lagi, satu lagi, satu lagi dan seterusnya.....
Seperti yang di katakan oleh Mahatma Ghandi, bahwa...
"Hiduplah seakan kamu akan mati besok, dan belajarlah seakan kamu akan hidup selamanya."
Hidup dalam pandangan Ghandi adalah melakukan pelayanan terhadap masyarakat (manusia lainnya) sebagai jalan pengabdian kepada Tuhan. Ibadah terbaik bukanlah engkau rajin melakukan Ibadah bertahun-tahun sebagai ritual kepada Tuhan. Melainkan memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk oranglain sebagai efek dari hasil peribadatan kita kepada Tuhan.
Ibadahlah bukan karena Agamamu, Ibadahlah karena Tuhan memerintahkanmu untuk memberikan manfaat kepada sesama dan lingkungan. Walaupun kamu hanya hidup sehari, maka kamu sudah memenuhi apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu dengan memberikan manfaat bagi manusia. Tuhan tidak meminta mu untuk beragama, Tuhan memintamu untuk mengasihi dan menyayangi sesamamu sebagai "perpanjangan tangan" Tuhan terhadap Manusia yang dengan begitu usiamu lebih bermakna dan bermanfaat.
Agama hanya untuk pribadimu sendiri, Agama hanyalah sarana bagimu untuk mengkoreksi dirimu dari kesalahan dan dari keburukkan
Jika kamu hidup ribuan tahun pun hanya sibuk melakukan ritual. Maka itu tandanya kamu terjebak (tersesat) dalam pemahamanmu, dan tidak berguna sebagaimana Tuhan memerintahkannya. Berikanlah manfaat bagi lingkungan dan sesama, yang dengan itu kamu tidak di pandang lagi sebagai seorang penganut Agama, melainkan sebagai wujud nyata perpanjangan Tangan Tuhan.