Lihat ke Halaman Asli

Ridhwan EY Kulainiy

Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Orang Berilmu (Surat untuk Dinda)

Diperbarui: 4 April 2017   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koruptor

Ketahuilah sayang, bahwa berpendidikannya seseorang atau tidak. Bukan dilihat dari setinggi apa ia sekolah, atau sebanyak apa gelar bergelantung di namanya. Kamu bisa lihat, betapa manis senyum para pejabat di gedung-gedung bertingkat itu...?

Manis dan seolah sangat ramah, namun senyuman penuh cabikan terhadap kemanusiaan dan keadilan terjuntai bersamaan dengan itu. Dimana senyuman itu adalah perkataan terimakasih mereka terhadap kita. Terimakasih karena kita telah mengizinkan mereka masuk ke dalam perbendaharaan negeri ini dan kita tak bisa berbuat apa-apa ketika mereka dengan santai dan semangatnya mengeruk kekayaan kita. Bermodal tanda tangan dan cap stempel, sambil melonggarkan sabuk pinggang mereka yang mulai tak muat karena besarnya perut mereka yang berisi api itu.

korupsi-indonesia


Mereka yang benar-benar berpendidikan adalah mereka yang bukan cuma tersenyum di balik kaca mobil dan gedung-gedung. Dan juga bukan mereka yang suka blusukkan ketika memasuki masa penggadaian jabatan lima tahunan di negeri ini.

Sayang...

Pendidikan adalah Ilmu, Ilmu adalah Cahaya yang meneduhkan.

bintang

Keluarlah sejenak tengah malam ini ke teras rumah, dan tataplah rembulan bersama bintang-bintang yang berpijar manja di langit malam. Mereka yang berilmu dan berpendidikan ,laksana rembulan dan bintang-bintang. Mereka memancarkan cahaya, di tengah kegelapan malam. Mereka bergulir sepanjang malam hingga fajar, mengikuti roda orbit dan tak pernah melenceng daripadanya. Maka bejalanlah kamu dengan pancaran ilmu sesuai dengan jalan kebenaran, tanpa sedikitpun melenceng daripadanya.

Ketika engkau masuk kembali ke rumah, apakah bulan dan bintang itu redup...?

Tentu tidak kasihku. Mereka tetap bersinar dengan penuh ketulusan, meski tak ada sepasang mata pun yang melirik bahkan mengingat tentang kilaunya. Itu karena mereka tak pernah terkecoh dengan citra-citra dalam pandangan manusia, yang seringkali mengharapkan bintang jatuh untuk menggumamkan permohonan. Seperti mitos yang dijual oleh film-film barat di televisi.

Mereka tetap memancar sepanjang jalan menuju ufuk, dimana hanya ada kepastian saat mereka tiba pada titiknya. Yaitu, Fajar. Fajar yang memendarkan lebih banyak kebahagiaan dan kasih sayang kepada umat manusia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline