Lihat ke Halaman Asli

Sulistiyo

Praktisi pendidikan, pembelajar social and financial enterprise

Masa Depan Pertanian di Tangan Gen-Z

Diperbarui: 22 Oktober 2019   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pangan merupakan kebutuhan utama untuk kelangsungan hidup manusia. Ironisnya, pertanian sebagai sektor penghasil pangan mengalami berbagai permasalahan serius. Mulai dari luas lahan yang kian berkurang, hingga jumlah petani yang kian menyusut. 

Data BPS (2018) menujukkan sekitar 64,2 persen petani berusia 45 tahun ke atas. Ini menunjukkan bahwa ke depan, Indonesia akan krisis petani. Hal ini bisa terjadi jika tidak ada regenerasi petani.

Salah satu program pemberdayaan masyarakat lokal yang berfokus pada pertanian adalah SMK Agribisnis Hasan Mustapa (Haspa), Bogor, Jawa Barat. Sekolah gratis berkualitas, di bawah manajemen Yayasan Amal Khair Yasmin ini, merupakan sekolah dengan fokus pengembangan enterpreneur di bidang pertanian organik dan produk pertanian. 

Pertanian adalah mata pencaharian asli (indigenous) wilayah desa Sukaresmi yang terus terkikis. Karena itu, SMK Haspa berupaya merangkul Gen-Z untuk melanjutkan warisan orangtua mereka. Dengan cara yang asyik didukung oleh berbagai teknologi modern, sekolah ini diharapkan mampu membangkitkan semangat bertani generasi muda. Seluruh siswa setelah melalui proses seleksi, dibebaskan dari biaya masuk, biaya SPP, biaya ujian dan bahkan diberikan buku, seragam dan mobil antar jemput untuk siswa.

Siswa terlibat aktif dalam proses pengelolaan pertanian. Para siswa mengelola tanah pertanian mulai dari menggemburkan tanah, menyiapkan area tanam dan menanam benih. SMK Haspa menanam sayuran organik yang tidak diberi obat kimia sama sekali, hanya diberi pupuk kandang dan arang sekam, pupuk cair yang diberikan pun dibuat dari bahan dapur yang ramah lingkungan, seperti cabai, daun daunan, asam dll. Semua pupuk dan obat organik dibuat oleh siswa.

dokpri

Para siswa menanam berbagai sayuran dan produk pertanian organik lainnya seperti: Pakcoy, Jagung manis, bayam merah, bayam hijau, cabai rawit, strawberry, kangkung, singkong, sawi, kemangi, seledri, daun bawang, ubi, wortel, labu siam, dan labu butternut.

Pada saat panen, Siswa SMK Agribisnis Haspa memilih produk unggulan dan non unggulan. Produk unggulan dikemas dan langsung dijual secara online via sosial media dan dijual melalui bazar dan penjualan offline. Pengemasan dan pemberian label kemasan juga musyawarahkan oleh siswa. Lalu secara mandiri mereka mendesain, mengemas produk agar menarik di pasaran. 

dokpri

Sayuran organik yang bagus tetapi kurang layak dijual langsung akan diolah menjadi makanan ringan. Beberapa produk makanan ringan yang dijual adalah, pangsit sayuran beraneka rasa yang seluruh proses pengolahan makanan ringan tersebut juga dilakukan oleh siswa. 

Nah, sampailah kita pada proses pemasaran. Secara berkelompok, siswa SMK Agribisnis Haspa menjual hasil dan produk pertanian organik melalui online dan offline. Secara offline, proses penjualan dilakukan dengan mengikuti bazar di berbagai tempat dan pada event di berbagai tempat. 

dokpri

Untuk pembiayaan bisnisnya, siswa SMK Agribisnis Haspa mengembangkan Koperasi Aflateen Haspa. Aflateen merupakan kurikulum internasional tentang pendidikan sosial dan finansial yang menjadi program ekstrakurikuler di SMK Haspa. Modal koperasi Aflateen SMK Haspa diperoleh dari donasi para donatur, iuran anggota dan bagi hasil keuntungan bisnis siswa. 

Sebagai upaya mendukung produk pertanian, siswa SMK Agribisnis Haspa melakukan penelitian ilmiah. Salah satunya berpartisipasi dalam perlombaan inovasi bisnis 2019 di Universitas Djuanda Bogor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline