Menarik dinanti adalah rekomendasi akkhir dari PDi Perjuangan dalam menentukan kandidat Gubernur DKI pada akhir pendaftaran nanti. Meski sudah menggalang silaturahmi bertajuk Koalisi Kekeluargaan Partai Politik yang ada terkesan maaf 'penakut' dan berhati - hati dengan alasan dinamis namun tidak mempertimbangkan aspek psikologis klinis yang bisa membuat masyarakat sakit lantaran gaya 'jadul" berpolitik politisi membuatnya terjungkal.
Masyarakat sudah muak dengan tingkah abnormal yang ditunjukan oleh kader partai politik yang berakrobat kanan kiri untuk kembali menyajikan drama politik yang ternyata serial dramanya bukanlah serial drama seru yang mengalahkan keberadaan drama india yang semakin membumi diputar di instansi - instansi atau dirumah tangga menghiasi istirahat siang.
Pilkada DKI bukan saja pertarungan gengsi namun percepatan pembangunan infrastruktur politik pada 2019 nanti seakan di fondasi Politik dimulai dari Provinsi ini. Gerakan ASBAK (Asal Bukan Ahok) menjadi gerakan maya dan juga nyata yang digerakan oleh beberapa orang untuk menentang pencalonan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjadi Bakal Calon Gubernur DKI pada 2017 nanti.
Dalam Politik, hal baru menjadi sangat dinamis dan bisa menjadi pengetahuan baru dalam beberapa literatur yang sengaja dikaitkan dengan Pencalonan Kepala daerah bahkan Pencalonan Presiden, mari kita bicarakan Pilkada DKI dengan berbagai asumsi - asumsi yang memungkinkan menjawab kemana larinya Rekomendasi dari Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati.
1. Drama Koalisi Kekeluargaan vs Koalisi Lari Pagi
2. Tri Rismaharini target Bargaining Politik Media
3. Partai Tanpa Kader !!
4. Ahok dan Teman Ahok yang prematur
5. Menebak Rekomendasi Megawati
Mari kita bahas pertama - tama dari drama yang paling banyak menyita pemberitaan media beberapa hari ini.
1. Drama Koalisi Kekeluargaan vs Koalisi Lari Pagi